JAKARTA, KOMPAS.com - PT Hutama Karya (Persero) telah melakukan pemenuhan sejumlah aspek dan inovasi, baik pembangunan maupun pengoperasian jalan tol yang mempertimbangkan keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Hutama Karya Adjib Al Hakim mengatakan, saat ini beberapa kriteria telah diterapkan oleh Hutama Karya, salah satunya aspek lingkungan dengan penerapan energi terbarukan.
Ini ditandai dengan pemasangan smart lamp ramah lingkungan dari lampu konvensional, dengan total 4.304 unit, baik di Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) dan di Tol Akses Tanjung Priok (ATP).
Baca juga: Indonesia Peringkat 3 Indeks Ekonomi Hijau se-Asia Tenggara
Hutama Karya juga telah menerapkan manajemen limbah yang efektif melalui program pembudidayaan sampah dengan memanfaatkan maggot di Rest Area KM 215 jalur B.
Kemudian, dimanfaatkan menjadi pupuk organik, dan pengelolaan air di Rest Area KM 306 Jalur B Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (Terpeka) menggunakan teknologi Water Treatment Plant (WTP).
Tujuannya, mengolah air yang bersumber dari sumur, sungai, dan waduk menjadi air yang jernih dan sesuai untuk berbagai keperluan.
"Saat ini, untuk manajemen limbah baru diterapkan di Tol Terpeka karena masih dalam tahap uji coba dan evaluasi, nantinya apabila metode sesuai dan berhasil akan diterapkan di seluruh rest area di jalan tol Hutama Karya,” imbuh Adjib.
Aspek lingkungan lain yang menjadi prioritas yakni Tol Hijau Ramah Lingkungan. Perseroan menanam pohon di sekitar jalan tol dan rest area, dengan target 60.000 pohon per tahun.
Selain itu, membangun sebanyak 1 perlintasan satwa di Tol Pekanbaru-Dumai (Permai) dan Tol
Sigli-Banda Aceh (Sibanceh), yang masuk dalam aspek perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
Menurut Adjib, implementasi Green Toll Road ini tidak hanya akan berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada bisnis Hutama Karya.
Dengan memenuhi standar lingkungan lebih tinggi, Hutama Karya dapat memperluas pasar, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan memperkuat posisi sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) maupun sebagai pengembang infrastruktur berkelanjutan.
Baca juga: Serap PMN Rp 85,5 Triliun, Hutama Karya Bangun 809 Kilometer JTTS
Dengan memastikan setiap jalan tol memenuhi standar tersebut, kata Adjib, Hutama Karya tidak hanya melestarikan lingkungan, tetapi juga menciptakan infrastruktur berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Tak hanya terkait lingkungan, pemanfaatan ekonomi bagi masyarakat yang termasuk pada aspek jalan tol berkelanjutan dilaksaakan ketersediaan ruang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di rest area juga telah diimplementasikan.
Sejak awal dioperasikan, Hutama Karya menyiapkan sebanyak 70 persen ruang tenant bagi UMKM lokal dengan harga lebih rendah daripada komersial, untuk memudahkan masyarakat setempat mengembangkan usahanya dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Selain itu, aspek responsif gender juga telah diterapkan seperti penyediaan toilet dan tempat wudhu laki-laki dan perempuan terpisah, ruang laktasi dan ladies parking di beberapa rest area yang dikelola.
“Kedepannya, terkait dengan dua aspek jalan tol berkelanjutan ini akan diimplementasikan di ruas-ruas lainnya, “ tutup Adjib.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya