"Perilaku Rakus tampaknya disengaja karena ia secara selektif merawat luka wajahnya di bagian wajah kanannya, tidak di bagian tubuh lainnya," kata Laumer.
Sementara itu, Schuppli menduga pengobatan tersebut kemungkinan berasal dari proses pembelajaran dari individu orangutan.
Pasalnya, orangutan yang tinggal di Suaq Balimbing jarang memakan tanaman akar kuning.
Suatu ketika, kata Schuppli, mungkin ada individu orangutan yang secara tidak sengaja menyentuh luka ketika mengunyah akar kuning dan dengan demikian secara tidak sengaja mengoleskan sari tanaman tersebut ke luka.
"Karena Fibraurea tinctoria memiliki efek analgesik yang kuat, individu mungkin langsung merasakan pelepasan rasa sakit, menyebabkan mereka mengulangi perilaku tersebut beberapa kali," ucap Schuppli.
Baca juga: Tol IKN Punya Jembatan Penyebrangan Orangutan hingga Bekantan
Karena perilaku tersebut belum pernah diamati sebelumnya, mungkin pengobatan luka dengan akar kuning sejauh ini belum ada dalam daftar perilaku populasi orangutan di Suaq.
Seperti semua pejantan orangutan di wilayah tersebut, Rakus tidak lahir di Suaq dan asal usulnya belum diketahui.
"Orangutan jantan berpencar dari daerah kelahirannya selama atau setelah masa pubertas dalam jarak yang jauh untuk membangun wilayah jelajah baru di wilayah lain atau berpindah antar wilayah jelajah individu lain," jelas Schuppli.
Oleh karena itu, ada kemungkinan perilaku pengobatan tersebut ditunjukkan oleh lebih banyak individu dari populasi kelahirannya di luar wilayah Suaq.
Masih belum jelas apakah Rakus mengetahui proses pengobatan tersebut secara otodidak atau mempelajarinya dari orangutan lain.
"Ini menunjukkan bahwa dia, sampai batas tertentu, memiliki kapasitas kognitif yang dia perlukan untuk mengobati lukanya dengan beberapa tanaman yang aktif secara medis, tapi kami benar-benar tidak tahu seberapa besar pemahamannya, tutur Schuppli.
Baca juga: 3 Orangutan Korban Perdagangan Satwa Liar Direpatriasi dari Thailand ke Jambi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya