Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 6 Mei 2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) menyebutkan, harga baterai di dunia telah turun lebih dari 90 persen dalam 15 tahun terakhir.

Temuan tersebut disampaikan IEA dalam laporan terbaru berjudul Batteries and Secure Energy Transitions, analisis komprehensif pertama terhadap keseluruhan ekosistem baterai.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menuturkan, baterai akan menjadi penopang utama pengembangan energi terbarukan dan kendaraan lsitrik.

Baca juga: Pengembangan PLTS dan PLTB Indonesia Dinilai Stagnan dalam 3 Tahun

Pertumbuhan baterai melampaui hampir semua teknologi energi ramah lingkungan lainnya pada 2023.

Hal tersebut tak bisa lepas dari faktor penurunan biaya, inovasi, dan kebijakan industri yang mendukung yang membantu meningkatkan permintaan baterai.

Saking murahnya harga baterai saat ini, pembangkit listrik berbasis energi terbarukan bisa semakin kompetitif daripada bahan bakar fosil.

Birol menuturkan, saat ini harga keekonomian kombinasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan baterai mampu bersaing dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di India.

Baca juga: Tak Terbendung, PLTS Bakal Dominasi Pembangkit Listrik di Dunia

Dan dalam beberapa tahun ke depan, PLTS dengan baterai akan lebih murah dibandingkan PLTU batu bara baru di China dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) di Amerika Serikat (AS).

"Baterai mengubah keadaan di depan mata kita," kata Birol, dilansir dari Euronews, Kamis (2/5/2024).

Namun, penerapan baterai masih perlu ditingkatkan secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan jika dunia ingin mencapai tujuan energi dan iklim yang telah disepakati.

Urgensi baterai

Energi terbarukan seperti PLTS dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) mempunyai sifat yang intermittent.

Artinya, produksi listrik dari PLTS dan PLTB sangat bergantung terhadap cuaca seperti banyaknya intensitas sinar matahari atau kencangnya angin.

Baca juga: PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW

Karena itulah, dibutuhkan penyimpanan energi listrik yang diproduksi dari kedua pembangkit tersebut agar aliran ke pelanggan menjadi andal. Dan baterai menjadi salah satu jawabannya.

Baterai juga menawarkan jalan keluar untuk menyimpan kelebihan listrik yang mungkin akan hilang dari PLTS datau PLTB.

Untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan global pada 2030, IEA menghitung bahwa diperlukan penyimpanan energi sebesar 1.500 gigawatt (GW).

Dari jumlah tersebut, 1.200 GW di antaranya berasal dari baterai.

Baterai juga dapat membantu mencapai akses energi universal di seluruh dunia pada 2030, memungkinkan 400 juta orang di negara berkembang mendapatkan akses listrik melalui solusi terdesentralisasi seperti sistem PLTS rumahan dan jaringan listrik mini.

Baca juga: Australia di Ambang Tumpukan Limbah PLTS Jika Tak Ditangani dengan Baik

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Manufaktur Sumbang 17 Persen PDB, Kemenperin Kembangkan Industri Hijau
Industri Manufaktur Sumbang 17 Persen PDB, Kemenperin Kembangkan Industri Hijau
Pemerintah
UNDP: Kesenjangan Pembangunan Antarnegara Bisa Melebar akibat AI
UNDP: Kesenjangan Pembangunan Antarnegara Bisa Melebar akibat AI
Pemerintah
Banjir, Illegal Logging, dan Hak Publik atas Lingkungan yang Aman
Banjir, Illegal Logging, dan Hak Publik atas Lingkungan yang Aman
Pemerintah
Bencana Sumatera: Refleksi Kolektif untuk Taubat Ekologis
Bencana Sumatera: Refleksi Kolektif untuk Taubat Ekologis
Pemerintah
Abrasi Pesisir Demak, Kiara Imbau Pemerintah Hentikan Pembangunan Ekstraktif
Abrasi Pesisir Demak, Kiara Imbau Pemerintah Hentikan Pembangunan Ekstraktif
LSM/Figur
Pertamina Beri Bantuan ke Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru
Pertamina Beri Bantuan ke Warga Terdampak Erupsi Gunung Semeru
BUMN
Menggugat Kemerdekaan Ekologis
Menggugat Kemerdekaan Ekologis
Pemerintah
Sampah Plastik Tanggung Jawab Konsumen Atau Produsen?
Sampah Plastik Tanggung Jawab Konsumen Atau Produsen?
Pemerintah
Banjir di Aceh, Pemerintah Didorong Pulihkan Alam Pasca-bencana
Banjir di Aceh, Pemerintah Didorong Pulihkan Alam Pasca-bencana
LSM/Figur
IMO Soroti Meningkatnya Pelanggaran Hak Pelaut, Kapal Ilegal hingga Penelantaran
IMO Soroti Meningkatnya Pelanggaran Hak Pelaut, Kapal Ilegal hingga Penelantaran
Pemerintah
Gerakan Zero Waste di IKN, Targetkan 60 Persen Daur Ulang Sampah pada 2035
Gerakan Zero Waste di IKN, Targetkan 60 Persen Daur Ulang Sampah pada 2035
Pemerintah
Banjir di Aceh dan Sumatera, WALHI Soroti Deforestasi 1,4 Juta Hektar dan Krisis Iklim
Banjir di Aceh dan Sumatera, WALHI Soroti Deforestasi 1,4 Juta Hektar dan Krisis Iklim
LSM/Figur
Dari Konservasi hingga Ekonomi Sirkular, Begini Transformasi Taman Safari Cisarua Jelang Hari Keanekaragaman Hayati
Dari Konservasi hingga Ekonomi Sirkular, Begini Transformasi Taman Safari Cisarua Jelang Hari Keanekaragaman Hayati
Swasta
Presiden Prabowo Minta Pemerintah Pusat dan Daerah Jaga Lingkungan, Antisipasi Dampak Krisis Iklim
Presiden Prabowo Minta Pemerintah Pusat dan Daerah Jaga Lingkungan, Antisipasi Dampak Krisis Iklim
Pemerintah
Harita Nickel Dapat Penghargaan Bisnis dan HAM 2025 dari SETARA Institute
Harita Nickel Dapat Penghargaan Bisnis dan HAM 2025 dari SETARA Institute
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau