KOMPAS.com - Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting bayi di bawah lima tahun (balita) secara nasional pada 2023 mencapai 21,5 persen.
Prevalensi stunting di Indonesia pada 2023 hanya turun sebesar 0,1 persen bila dibandingkan2022.
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting nasional pada 2022 adalah 21,6 persen.
Baca juga: Digitalisasi Bantu Desa Atasi Stunting hingga Mitigasi Bencana
Dari 38 provinsi di Indonesia, Bali menjadi provinsi dengan prevalensi stunting terendah yaitu 7,2 persen.
Disusul Jambi dengan prevalensi stunting 13,5 persen dan Riau dengan prevalensi stunting 13,6 persen.
Berikut 10 provinsi dengan prevalensi stunting terendah menurut SKI 2023.
Meski demikian, dari data di atas baru ada tiga provinsi yang memiliki prevalensi stunting di bawah target nasional 14 persen.
Baca juga: Baru 3 Provinsi Punya Prevalensi Stunting di Bawah 14 Persen
Untuk diketahui, rencana pemerintah menargetkan prevalensi stunting di bawah 14 persen pada 2024 tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Itu artinya, masih ada 35 provinsi yang memiliki prevalensi stunting balita di atas 14 persen.
Selain itu, Dari 38 provinsi di Indonesia, lebih dari setengahnya atau tepatnya 23 provinsi memiliki prevalensi stunting di atas rata-rata nasional.
Dengan kata lain, ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi stunting di bawah angka nasional atau 21,5 persen.
Capaian tersebut menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam SSGI 2022, ada 18 provinsi yang memiliki prevalensi stunting di atas rata-rata nasional tahun 2022 yaitu 21,6 persen.
Baca juga: Perubahan Iklim Berkaitan Erat dengan Kasus Stunting
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya