Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Migas dalam Transisi Energi, Kejar Target Net Zero Emission

Kompas.com - 16/05/2024, 07:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, energi fosil seperti minyak dan gas (migas), tetap berperan penting dalam proses transisi menuju energi bersih. 

Sebab, dalam proses transisi energi, migas masih sangat diperlukan untuk mengamankan pasokan energi.

Adapun Indonesia juga tengah mendorong transisi energi untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero emission) pada 2060 atau lebih cepat. 

Baca juga: IPA Convex 2024 Digelar, Jadi Momentum Ketahanan Energi Berkelanjutan

"Minyak dan gas akan terus memainkan peran penting dalam mengamankan pasokan energi, khususnya di bidang transportasi dan pembangkit listrik," ujar Arifin saat pembukaan Indonesia Petroleum Association Conference and Exhibition (IPA Convex) 2024 di ICE BSD, Tangerang, Selasa (14/5/2024).

Gas akan digunakan untuk menjembatani 100 persen penerapan pembangkit energi terbarukan.

Sebab, sumber energi non-fosil atau Energi Baru Terbarukan (EBT) belum dapat memenuhi total kebutuhan energi secara nasional. 

"Pemanfaatan minyak dan gas masih tetap dilakukan hingga 2050, meskipun penggunaan langsungnya menurun karena peningkatan efisiensi energi, peningkatan penggunaan listrik, dan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan," tutur Arifin. 

Untuk memenuhi kebutuhan migas, ia menyebut Indonesia saat ini tengah memfokuskan upaya eksplorasi cekungan migas, karena masih banyak cadangan migas yang belum dimanfaatkan.

"Dari 128 cekungan hidrokarbon, 68 di antaranya masih belum dieksplorasi," ujar dia. 

Tekan emisi karbon dengan CCS/CCUS

Arifin menilai, keberadaan gas bumi dapat menjadi solusi dalam penyediaan energi bersih untuk mencapai target nol emisi karbon.

Namun, hal itu dapat tercapai dengan mengimplementasikan strategi untuk menekan emisi, seperti melalui teknologi carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization and storage (CCUS).

"Menjawab tantangan penggunaan energi bersih, maka pelaku usaha hulu migas harus terapkan strategi menekan emisi, termasuk penerapan teknologi energi bersih seperti CCS/CCUS," ujar Arifin. 

Saat ini, sudah terdapat 15 proyek CCS/CCUS dengan total potensi penyimpanan mencapai 500 gigaton CO2. 

Ia juga menyebut pemerintah telah menyiapkan dua regulasi khusus dalam mendukung optimalisasi pengembangan teknologi CCS dan CCUS, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 14 Tahun 2024 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023.

Baca juga: Daftar 20 Cekungan Migas di Indonesia, Berpotensi Menyimpan Karbon

Sementara itu, President Indonesian Petroleum Association (IPA) Yuzaini bin Md Yusof menyebut transisi energi akan terus berjalan. Namun, sambil menunggu kesiapan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), sektor hulu migas tetap memainkan peranan penting sekaligus terus bertransformasi menekan emisi karbon. 

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau