KOMPAS.COM - Hampir separuh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia dalam kondisi sakit. Dengan kata lain, jumlah PDAM yang statusnya sehat baru sekitar 58 persen dari total 388 PDAM, sisanya masih berstatus kurang sehat dan sakit.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti mengungkapkan, permasalahan utama dari PDAM kurang sehat, terletak pada Full Cost Recovery (FCR).
"Artinya, masih perlu pengelolaan dan rencana anggaran yang baik," ujarnya, saat konferensi pers Hari Habitat Dunia (HHD) dan Hari Kota Dunia (HKD) 2023 di Jakarta, Senin (2/10/2023).
Sementara, permasalahan PDAM yang sakit adalah memiliki kebocoran tinggi, pengelolaannya kurang baik, serta memiliki banyak kerugian.
Baca juga: Krisis Air Dunia Disebut Menyedihkan, Kondisi Indonesia Lebih Baik
Untuk diketahui, tingkat kebocoran air pada tahun 2023 meningkat 0,18 persen dari semula 33,72 persen menjadi 33,90 persen.
Angka ini setara dengan kehilangan air minum sebesar 1,74 miliar meter kubik, yang mengakibatkan potensi kerugian pendapatan atas penjualan air minum sebesar Rp 9,7 triliun per tahun.
"Nah, ini yang perlu kita benahi, kelembagaannya, administrasinya, kemudian Sumber Daya Manusia-nya, kualitas airnya, dia harus 24 jam yang kayak gitu," tambah Diana.
Oleh karena itulah, Diana menegaskan perlunya kondisi PDAM yang sehat untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air minum.
Menurutnya, pemerintah masih menemukan kendala terhadap penyaluran air bersih, terutama soal air minum layak.
Baca juga: World Water Forum di Bali Bakal Hasilkan 120 Proyek Strategis Air dan Sanitasi
Hanya sebesar 21 persen air bersih yang dilayani dengan perpipaan. Sedangkan untuk layanan air minum layak sudah diakses sebanyak 91 persen.
“Air minum itu untuk capaiannya kita masih 91 persen. Berarti, ada gap (jarak) 8 persen-9 persenan Sedangkan perpipaan, berarti yang PDAM-PDAM itu, masih 21 persen,” tutur Diana.
Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) Kementerian PUPR agar seluruh masyarakat mendapatkan air bersih melalui program penurunan kebocoran.
Program ini diharapkan dapat memenuhi angka 25 persen sesuai dengan target nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2020-2024.
Sehingga penghematan dari kubikasi air minum yang hilang sebesar 8,9 persen dapat dimanfaatkan untuk menambah pelanggan sebesar lebih dari 1,28-1,54 juta Sambungan Rumah (SR).
Salah satu PDAM yang pernah berada dalam kondisi sakit adalah PDAM Jayapura. Kinerjanya pada empat tahun lalu boleh dibilang minus, baik dari kinerja pendapatan (revenue), kinerja layanan, maupun jumlah pelanggan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya