KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menjalin kerjasama serta kolaborasi riset untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan Net Zero Emission (NZE).
Kerjasama ini dilakukan melalui penelitian dan pengembangan pembangunan rendah karbon.
Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH) BRIN, Nugroho Adi Sasongko mengatakan, kerjasama sekaligus kolaborasi riset dan inovasi pembangunan rendah karbon ini merupakan langkah strategis untuk menghadapi ancaman perubahan iklim, melalui berbagai upaya mitigasi.
“Kolaborasi riset ini diharapkan mampu mengembangkan model pembangunan kawasan industri, wisata, dan pemukiman yang rendah karbon dan berkelanjutan,” ujar Nugroho, Kamis (6/6/2024).
Baca juga: Coldplay Sebut Jejak Karbon Tur Konser Turun 59 Persen
Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan kapasitas periset maupun dosen. Selain itu, juga dapat meningkatkan kapasitas institusi dalam menghadapi masalah perubahan iklim.
“Semoga kerjasama lembaga riset dan institusi akademik ini dapat membantu pembangunan dan pengembangan banyak hal tidak hanya pada kawasan industri, namun pada sektor lainnya untuk kemajuan di daerah Banten,” imbuh Nugroho.
Sementara itu, Rektor Untirta Fatah Sulaiman menyampaikan, kolaborasi pembangunan kawasan yang rendah karbon dan berkelanjutan ini sejalan dengan riset yang telah dilakukan beberapa dosen.
Sehingga nantinya akan mampu memenuhi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk kawasan industri yang berada di Banten.
“Para periset dan dosen diharapkan sudah bisa mulai bekerja, melakukan riset ini secepatnya, agar dapat langsung terhilirisasi manfaatnya untuk masyarakat,” ujar Fatah.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Untirta Meutia, berkeinginan untuk dapat melakukan kerjasama dan kolaborasi berkelanjutan dengan pusat riset-pusat riset lain yang berada di BRIN.
Kolaborasi riset ini, kata dia, diharapkan menjadi cikal bakal terbentuknya ekosistem riset yang merupakan langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon.
“Serta mewujudkan pusat kolaborasi riset pembangunan kawasan rendah karbon,” tutup Meutia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya