Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Tobalu Coffee Project" Jadi Inisiatif Tingkatkan Kesejahteraan Petani Kopi Arabika Sulsel

Kompas.com - 13/06/2024, 21:21 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Petani Desa Tobalu, Sulawesi Selatan, dan Yayasan Gugah Nurani Indonesia meluncurkan program pendampingan "Tobalu Coffee Project", sebuah inisiatif bertujuan memajukan industri kopi Arabika di Desa Tobalu serta meningkatkan nilai jual melalui branding baru Kalosi Arabika Single Origin Tobalu.

Program Tobalu Coffee Project fokus pada peningkatan kualitas kopi mulai dari biji kopi cherry, kopi gabah, green beans, hingga kopi bubuk. Program ini juga mencakup peremajaan pohon kopi yang menjadi salah satu langkah penting.

Saat ini, rata-rata pohon kopi di Desa Tobalu berusia sekitar 15 hingga 25 tahun, yang dianggap mengancam produktivitas kopi. Melalui peremajaan yang tepat, diharapkan hasil panen kopi akan meningkat secara signifikan.

Selain itu, program ini juga melibatkan pelatihan intensif bagi para petani sebelum memulai panen raya, yang biasanya berlangsung dari Mei hingga Agustus 2024.

Pelatihan tersebut meliputi praktik Good Agricultural Practices (GAP), sortasi hasil panen, dan teknik lainnya untuk menjaga kualitas biji kopi. Hingga kini, sebanyak 290 petani telah merasakan manfaat dari pendampingan ini.

Tobalu Coffee Project juga membawa perubahan dalam alur pasokan kopi dengan yayasan yang terlibat langsung dalam setiap tahap produksi, mulai dari pemilahan biji kopi cherry hingga menjadi green beans.

Dukungan utama berupa fasilitas dan infrastruktur seperti gudang, unit pengolahan hasil (UPH), dan mesin produksi untuk mendukung kelancaran proses produksi kopi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang, Addi mengungkapkan petani kopi Kalosi pernah mengalami masa kejayaan, tetapi harga mengalami stagnasi sementara biaya dan nilai mata uang mengalami inflasi, yang mempengaruhi pendapatan.

"Kami berharap Tobalu Coffee Project dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi para petani kopi di wilayah ini. Kami siap mendukung dan bekerja sama terkait pelaksanaan program ini," ungkapnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, tak banyak yang tahu permata lain dalam dunia kopi Arabika di Indonesia tepatnya di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan sebagai Kopi Kalosi.

Kopi Arabika Kalosi Enrekang berasal dari kawasan yang sangat spesifik di dunia, terletak di jantung jazirah selatan pulau Sulawesi.

Baca juga: Kopi di Sumsel Tembus Rp 130.000 Per Kg, Pengusaha Kedai di Palembang Pilih Tak Naikkan Harga

 

"Ekosistem pertanian di dataran tinggi purba di sepanjang punggung pegunungan Laimojong telah menghasilkan cita rasa yang istimewa. Dan salah satu pengashil Kopi Arabika Kalosi Enrekang terbaik berasal dari Desa Tobalu," jelas Addi.

Momen kejayaan Kopi Kalosi

 

Petani Desa Tobalu, Sulawesi Selatan, dan Yayasan Gugah Nurani Indonesia meluncurkan program pendampingan Tobalu Coffee Project.DOK. TOBALU COFFEE PROJECT Petani Desa Tobalu, Sulawesi Selatan, dan Yayasan Gugah Nurani Indonesia meluncurkan program pendampingan Tobalu Coffee Project.

Desa Tobalu di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, telah dikenal sebagai salah satu penghasil kopi Arabika terbesar di provinsi tersebut. Rata-rata panen petani kopi di desa tersebut lebih dari 1 ton kopi berkualitas unggul per hektar.

Meskipun demikian, sering kali branding kopi kalosi Enrekang lebih dikenal sebagai kopi Toraja.

"Perbedaan utama antara kopi Enrekang dan kopi Toraja terletak pada profil rasa dan aroma. Kopi Toraja dikenal dengan keasaman yang seimbang, aroma yang kompleks, serta aftertaste yang manis dan lembut," ujarnya.

"Sementara itu, ciri khas Kopi Kalosi yang harum dan sangat kuat tapi lembut campuran antara bunga, buah, dan rempah. Perisa (flavor) kompleks dan kekentalannya (body) yang kuat menjadi kopi yang sangat istimewa dengan kualitas terbaik," lanjut Addi.

Di sisi lain, tahun 2024 adalah momentum yang baik bagi para petani kopi karena selama tahun 2020-2023, terjadi penurunan panen kopi yang cukup signifikan.

Kebun kopi rata-rata tidak berbunga, dan para petani merasa hal tersebut disebabkan oleh kondisi perubahan cuaca yang tidak mendukung.

Baca juga: Kopi Arabika Cikoneng Tembus Pasar Ekspor Panama, Siap Rambah Korea Selatan

"Tahun 2024 merupakan momentum penting bagi industri kopi di Desa Tobalu sebagai tahun Panen Raya Kopi. Setelah beberapa tahun terakhir mengalami tantangan produksi yang signifikan, tahun ini diharapkan menjadi panen raya yang akan membawa kejayaan kembali," harap Addi menutup penjelasannya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com