KOMPAS.com - Masih banyak sampah tumpukan pakaian bekas yang berakhir di tempat pembuangan akhir dan tidak dimanfaatkan. Fenomena ini terjadi di berbagai negara.
Namun, kini, salah satu negara di Benua Eropa Tengah yaitu Republik Ceko, telah berupaya mengatasi permasalahan limbah tekstil.
Di antara masyarakat Eropa yang tercatat membuang sekitar 7 juta ton pakaian setiap tahunnya, Republik Ceko justru mulai mewajibkan aturan daur ulang.
Dari sekitar 180.000 ton tekstil dibuang di Ceko setiap tahunnya, hanya 3 sampai 4 persen yang dibuang ke tempat sampah campuran.
Baca juga: Sampah Organik Disulap Jadi Pupuk, Bantu Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca
Total 39.000 ton dipilah untuk didaur ulang, sedangkan kontaminasi yang tidak dapat didaur ulang di tempat sampah campuran berjumlah 75.000 ton.
Dilansir dari euronews.com, Sabtu (15/6/2024), negara ini mempunyai rencana untuk mengubah praktik pengelolaan limbah yang ada saat ini.
Pada Desember tahun lalu, Kementerian Lingkungan Hidup Ceko mengumumkan rencana untuk memberlakukan wajib pengumpulan limbah tekstil mulai tahun 2025.
"Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan negara Ceko dengan arahan Eropa mengenai pengelolaan limbah," ujar Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Ceko, Petr Hladík.
Ia menjelaskan, tujuan utama aturan tersebut adalah untuk memastikan lebih banyak limbah tekstil yang bisa didaur ulang, dan untuk meningkatkan efisiensi upaya daur ulang.
Baca juga: Indonesia Kejar Net Zero Emission Sampah pada Tahun 2050
Namun, pengumpulan limbah tekstil secara terpisah masih belum diwajibkan. Artinya, saat ini masih banyak tekstil yang dibuang ke tempat sampah sehingga tidak dapat didaur ulang.
Menurut Petr Hladik, strategi Pemerintah Ceko mencakup didirikannya titik pengumpulan di berbagai kota, untuk membantu masyarakat membuang limbah tekstil mereka dengan lebih baik.
Saat ini, Ceko memiliki sekitar 10.000 tempat pengumpulan tekstil, namun Undang-Undang yang ada sekarang baru mewajibkan pengumpulan, bukan daur ulang.
Selain Ceko, negara manakah di Eropa yang paling banyak mengumpulkan limbah tekstil?
Negara-negara Uni Eropa diperkirakan menghasilkan 6,95 juta ton limbah tekstil pada tahun 2020, atau sekitar 16 kg per orang.
Dari jumlah tersebut, 4,4 kg per orang dikumpulkan secara terpisah untuk digunakan kembali dan didaur ulang, namun sebanyak 11,6 kg berakhir di sampah rumah tangga yang tercampur.
Adapun di lebih dari setengah negara-negara Uni Eropa, pengumpulan tekstil secara terpisah sudah diwajibkan, namun sebagian besar mencakup tekstil yang dapat digunakan kembali.
Baca juga: Bank Sampah Kampung Kreasi, Cara KG Media Lestarikan Lingkungan
Luksemburg dan Belgia memiliki tingkat pengumpulan tekstil terpisah tertinggi, diikuti oleh Belanda dan Austria.
Masing-masing negara tersebut memiliki sistem pengumpulan yang beragam di desa, kota kecil, dan kota besar.
Sementara itu, pada tahun 2019, industri tekstil di Indonesia telah menghasilkan limbah sebanyak 2,3 juta ton dan diperkirakan meningkat 68 persen menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2030.
Perkiraan tersebut berasal dari asumsi adanya 90 juta orang Indonesia potensial menjadi konsumen, dikutip dari Kompas.id (16/4/2023).
Dari total 2,3 juta ton limbah tekstil yang dihasilkan, hanya sekitar 300.000 ton dapat didaur ulang dan selebihnya dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar.
Padahal, secara global, industri tekstil menghasilkan emisi karbon sebesar 1,2 miliar ton per tahun. Sedangkan setiap ton serat selama produksi benang, pencelupan, penenunan, dan perajutan dalam industri tekstil dapat menghasilkan sedikitnya 9,6 ton emisi karbon.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya