Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2024, 14:33 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masih banyak sampah tumpukan pakaian bekas yang berakhir di tempat pembuangan akhir dan tidak dimanfaatkan. Fenomena ini terjadi di berbagai negara. 

Namun, kini, salah satu negara di Benua Eropa Tengah yaitu Republik Ceko, telah berupaya mengatasi permasalahan limbah tekstil

Di antara masyarakat Eropa yang tercatat membuang sekitar 7 juta ton pakaian setiap tahunnya, Republik Ceko justru mulai mewajibkan aturan daur ulang

Dari sekitar 180.000 ton tekstil dibuang di Ceko setiap tahunnya, hanya 3 sampai 4 persen yang dibuang ke tempat sampah campuran.

Baca juga: Sampah Organik Disulap Jadi Pupuk, Bantu Pangkas Emisi Gas Rumah Kaca

Total 39.000 ton dipilah untuk didaur ulang, sedangkan kontaminasi yang tidak dapat didaur ulang di tempat sampah campuran berjumlah 75.000 ton.

Dilansir dari euronews.com, Sabtu (15/6/2024), negara ini mempunyai rencana untuk mengubah praktik pengelolaan limbah yang ada saat ini.

Pada Desember tahun lalu, Kementerian Lingkungan Hidup Ceko mengumumkan rencana untuk memberlakukan wajib pengumpulan limbah tekstil mulai tahun 2025.

"Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan negara Ceko dengan arahan Eropa mengenai pengelolaan limbah," ujar Menteri Kementerian Lingkungan Hidup Ceko, Petr Hladík.

Ia menjelaskan, tujuan utama aturan tersebut adalah untuk memastikan lebih banyak limbah tekstil yang bisa didaur ulang, dan untuk meningkatkan efisiensi upaya daur ulang.

Baca juga: Indonesia Kejar Net Zero Emission Sampah pada Tahun 2050

Namun, pengumpulan limbah tekstil secara terpisah masih belum diwajibkan. Artinya, saat ini masih banyak tekstil yang dibuang ke tempat sampah sehingga tidak dapat didaur ulang.

Menurut Petr Hladik, strategi Pemerintah Ceko mencakup didirikannya titik pengumpulan di berbagai kota, untuk membantu masyarakat membuang limbah tekstil mereka dengan lebih baik.

Saat ini, Ceko memiliki sekitar 10.000 tempat pengumpulan tekstil, namun Undang-Undang yang ada sekarang baru mewajibkan pengumpulan, bukan daur ulang. 

Perlunya daur ulang tekstil di berbagai negara

Selain Ceko, negara manakah di Eropa yang paling banyak mengumpulkan limbah tekstil?

Negara-negara Uni Eropa diperkirakan menghasilkan 6,95 juta ton limbah tekstil pada tahun 2020, atau sekitar 16 kg per orang.

Dari jumlah tersebut, 4,4 kg per orang dikumpulkan secara terpisah untuk digunakan kembali dan didaur ulang, namun sebanyak 11,6 kg berakhir di sampah rumah tangga yang tercampur.

Adapun di lebih dari setengah negara-negara Uni Eropa, pengumpulan tekstil secara terpisah sudah diwajibkan, namun sebagian besar mencakup tekstil yang dapat digunakan kembali.

Baca juga: Bank Sampah Kampung Kreasi, Cara KG Media Lestarikan Lingkungan

Luksemburg dan Belgia memiliki tingkat pengumpulan tekstil terpisah tertinggi, diikuti oleh Belanda dan Austria.

Masing-masing negara tersebut memiliki sistem pengumpulan yang beragam di desa, kota kecil, dan kota besar. 

Sementara itu, pada tahun 2019, industri tekstil di Indonesia telah menghasilkan limbah sebanyak 2,3 juta ton dan diperkirakan meningkat 68 persen menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2030.

Perkiraan tersebut berasal dari asumsi adanya 90 juta orang Indonesia potensial menjadi konsumen, dikutip dari Kompas.id (16/4/2023). 

Dari total 2,3 juta ton limbah tekstil yang dihasilkan, hanya sekitar 300.000 ton dapat didaur ulang dan selebihnya dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau dibakar. 

Padahal, secara global, industri tekstil menghasilkan emisi karbon sebesar 1,2 miliar ton per tahun. Sedangkan setiap ton serat selama produksi benang, pencelupan, penenunan, dan perajutan dalam industri tekstil dapat menghasilkan sedikitnya 9,6 ton emisi karbon.

 

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Swasta
Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

LSM/Figur
Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

LSM/Figur
Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

LSM/Figur
Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Pemerintah
Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

LSM/Figur
Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

LSM/Figur
Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

LSM/Figur
Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau