Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bedah Telerobotik Bantu Masalah Akses dan Kekurangan Dokter Spesialis

Kompas.com - 21/06/2024, 17:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

 JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa operasi jarak jauh menggunakan robot atau bedah telerobotik (telerobotic surgery) bisa membantu masalah kekurangan dokter spesialis dan hambatan geografis.

Telerobotic surgery menguntungkan untuk mengisi kekurangan dokter spesialis bedah dan menghilangkan hambatan geografis, sehingga dapat membantu para dokter bedah dan pasien di daerah terpencil agar dapat memiliki akses ke prosedur bedah terbaru,” tutur Dante.

Hal itu ia sampaikan dalam Konferensi pers "Road to Urological Association of Asia (UAA) Congress 2024: Indonesia akan mengembangkan telerobotic surgery, inovasi bedah yang menghilangkan hambatan geografis", di Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Lima Tips Memilih Rumah Sakit untuk Operasi Katarak

Alat atau robot ini akan ditempatkan di berbagai wilayah Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga pelosok Papua. Sementara itu, operasinya bisa dipandu oleh dokter spesialis di Jakarta atau pusat lainnya.

“Teman-teman bisa bayangkan, dengan robotic surgery itu, itu operasinya ada di Kalimantan, dokternya ada di Jakarta. Jadi melakukan operasi di Jakarta dokternya, pasiennya ada di Kalimantan,” imbuhnya.

Tak hanya itu, penerapan bedah telerobotik juga disebut bermanfaat dalam menekan pembiayaan kesehatan.

Fakta kasus 

Pasalnya, penyakit urologi (ginjal, kandung kemih, saluran kemih, dan prostat) merupakan salah satu penyakit dengan biaya perawatan yang besar, selain penyakit kardiovaskular.

Kasus uronefrologi (kasus ginjal) pun merupakan salah satu dari empat prioritas utama pemerintah karena angka kasus dan kematian yang tinggi. Mengutip data Global Cancer Statistics 2020, ada sekitar 13.000 kasus kanker prostat di Indonesia.

“Sedangkan penyakit pembesaran prostat yang terkait dengan penurunan hormon pada laki-laki usia lanjut itu juga semakin tinggi. Itu angkanya 97.000 kasus di Indonesia. Jadi memang masalah urologi ini masalah yang penting untuk diperhatikan,” papar dia.

Tingginya kasus tersebut tidak sebanding dengan SDM kesehatan yang mumpuni.

Indonesia memiliki 700 dokter urologi per tahun ini. Dengan penduduk Indonesia sekitar 270 juta, jumlah tersebut tidak memenuhi rasio dokter spesialis urologi yang seharusnya 1:1.000 penduduk.

Oleh karena itu, Wamenkes Dante menyambut baik inisiatif Ikatan Ahli Urologi Indonesia (InaUA) yang ingin mengembangkan inovasi telerobotik untuk operasi, untuk meningkatkan pelayanan urologi.

Mengenal telerobotic surgery

Ilustrasi Telerobotic surgery. Dok. Ponco Birowo Ilustrasi Telerobotic surgery.
Dalam kesempatan yang sama, President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) Ponco Birowo mengatakan kelebihan dari telerobotic surgery

Selain mengisi kekurangan dokter spesialis bedah, operasi telerobotik juga dapat meningkatkan akurasi bedah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi risiko infeksi apabila pasien berpindah-pindah tempat.

"Jadi bisa mengatasi keterbatasan pembedahan konvensional karena daerah yang sulit diakses, kekurangan dokter bedah di suatu daerah, keterbatasan logistik, dan biaya tinggi karena akomodasi perjalanan jarak jauh," terang Ponco. 

Adapun mekanisme bedah telerobotik adalah dokter ahli berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robot yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.

Telerobotic surgery yang bisa dilakukan dengan teknis jaringan nirkabel (wireless) dan jaringan listrik ini, telah diterapkan di beberapa negara seperti China dan Jepang.

Nantinya, sistem akan menerima dan mengubah data bedah secara real-time. Sehingga ahli bedah dapat mengoperasi sambil duduk di konsol pada jarak jauh, dan melihat bidang bedahnya pada gambar 3D di layar.

Baca juga:

Kendati memiliki potensi yang besar, Ponco mengakui hingga saat ini bedah robotik hanya tersedia di satu rumah sakit, dan teknologi telerobotic surgery sendiri masih belum tersedia di Indonesia.

Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan).

"Saat ini kami juga memiliki harapan besar di masa depan untuk bisa mengimplementasikan bedah robotik di berbagai rumah sakit," ujarnya.

Sebab, meski operasi telerobotik pionirnya adalah bidang urologi, cara ini juga dapat diaplikasikan di berbagai jenis operasi, seperti kebidanan hingga operasi Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).

Sebagai informasi, uji coba atau demonstrasi langsung bedah telerobotik akan dilakukan saat gelaran Kongres Urological Association of Asia (UAA) pada 5-8 September 2024 di Bali.

Uji bedah telerobotik tersebut akan dilakukan dari Denpasar dan terhubung dengan ahli di Beijing/Shenzhen yang berjarak sekitar 8.500 km.

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com