KOMPAS.com - Sebanyak tujuh provinsi dan 13 kabupaten menjadi proyek pengembangan kawasan lahan kering hortikultura bernama Horticulture Development Dryland Area Project (HDDAP).
Proyek tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas, kualitas, dan rantai nilai produk hortikultura di Indonesia. HDDAP dijadwalkan berlangsung dari 2024 hingga 2028.
Ketujuh provinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Jawa Barat, Bali, NTT, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Baca juga: Kembangkan Hortikultura, Nojorono Kudus Bina UMKM Desa
Proyek tersebut diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian dan KOLTIVA, sebuah startup yang bergerak di bidang pertanian berkelanjutan dan pelacakan rantai pasokan.
HDDAP dimaksudkan untuk mengoptimalkan lahan kering menjadi lahan budidaya hortikultura.
Proyek ini didukung oleh teknologi sistem informasi manajemen KoltiTrace MIS dari KOLTIVA untuk meningkatkan ketertelusuran dan pengelolaan pertanian.
KoltiTrace MIS dirancang untuk memantau dan mengelola proyek-proyek agrikultur dengan lebih efektif.
CEO dan Co-Founder KOLTIVA Manfred Borer mengatakan, pemetaan rantai pasokan dalam KoltiTrace MIS merupakan hal yang krusial bagi sektor hortikultura.
"Sistem ini memberdayakan pelaku industri untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan dalam produksi dan distribusi," kata Borer dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (27/6/2024).
Dia menambahkan, dengan sistem KoltiTrace MIS, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas upaya pembangunan hortikultura, memperkuat kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, dan memastikan optimalisasi sumber daya.
Dengan pendekatan tersebut, praktik budidaya dan aktivitas ekonomi di sektor pertanian dapat menjadi lebih berkelanjutan dan layak dibiayai.
Pada acara peluncuran di Surabaya akhir bulan lalu, program HDDAP akan berlangsung selama lima tahun dengan tujuan memberikan manfaat substansial bagi produsen, termasuk pada pemberdayaan perempuan.
Program ini mencakup modernisasi pertanian, kolaborasi antara produsen dan sektor swasta, stimulasi permintaan pasar, dan peningkatan kapasitas bisnis kelompok produsen.
Proyek HDDAP tidak hanya berfokus pada transformasi pertanian melalui digitalisasi, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi kehidupan produsen dengan memberikan bantuan langsung berupa sarana produksi pertanian dan peningkatan keterampilan.
Melalui program ini, produsen menerima dukungan penting seperti pupuk, peralatan pertanian, dan sarana produksi lainnya, memungkinkan mereka untuk mengoptimalkan praktik pertanian dan meningkatkan hasil panen, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesejahteraan ekonomi mereka.
Baca juga: Kejari Tahan Mantan Kabid Hortikultura Lumajang Terkait Korupsi Bibit Pisang Mas Kirana
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya