JAKARTA, KOMPAS.com - Penulis buku "Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi", Arifin Muhammad Ade, menegaskan pentingnya peran serangga untuk menopang keberlangsungan hidup di bumi, dan ada dampak yang mengerikan jika serangga punah.
”Sebagian besar masyarakat mungkin tidak mengetahui peran penting serangga, dan bagaimana kita sangat bergantung pada keberadaan serangga, terutama para petani," ujar Arifin.
Hal itu ia sampaikan saat acara bedah buku "Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi" dalam rangka perayaan ulang tahun Biodiversity Warriors KEHATI ke-10, di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Ketika serangga punah, fenomena kerusakan lingkungan juga akan semakin tak terkendali. Sebab, serangga merupakan titik penting yang terkoneksi dengan semua aspek kehidupan.
Baca juga: Anggrek Langka Terancam Punah, BRIN Lakukan Upaya Konservasi
Total 90 persen serangga berkontribusi terhadap pangan dunia. Saat mereka punah, artinya produksi pangan akan ikut menurun, kemudian dalam jangka panjang terjadi perebutan sumber daya alam, untuk memenuhi makan manusia.
"Serangga dapat memicu peperangan antara umat manusia jika keberadaannya punah dan tidak mampu membantu petani meningkatkan produktivitas pertanian yang ada,” terangnya.
Arifin pun mengutip perkataan salah seorang ahli, bahwasanya ketika kita membunuh spesies atau makhluk lain, secara tak langsung kita akan membunuh ekosistem yang menopang hidup kita, termasuk manusia itu sendiri.
"Serangga itu merupakan salah satu parameter yang menunjukkan ekonomi suatu negara masih baik. Jika serangga punah, artinya menunjukkan lingkungan itu juga tidak lagi baik," tambah Arifin.
Peneliti Bidang Zoologi dan Serangga BRIN Prof Rosichon Ubaidillah berpendapat, salah satu yang memicu kepunahan serangga di muka bumi adalah karena banyaknya persepsi negatif.
Di seluruh dunia, biaya jutaan dolar telah dikeluarkan untuk memberantas serangga hama di pertanian, serangga yang menyebabkan penyakit, hingga menghilangkan rayap. Padahal, serangga yang baik dan memberikan manfaat jumlahnya jauh lebih besar.
"Padahal ada sekitar 5.500.000 spesies serangga di muka bumi, hanya 3 persen yang merugikan. Sementara yang 97 persen itu menguntungkan bagi manusia dan bagi bumi ini," ujar Rosichon.
Baca juga: Perkuat Aspek Pangan dan Ekonomi, FKS Partisipasi di Hari Tempe Nasional
Oleh karena itu, ia menyetujui pendapat Arifin dalam bukunya, bahwa masyarakat perlu memberikan perhatian khusus terhadap pelestariannya keanekaragaman hayati, termasuk serangga.
Total 97 persen serangga yang bersifat baik tadi, kata dia, harus dijaga dan terus dieksplorasi keberadaannya.
Sebab, sudah banyak ahli entomologi maupun lingkungan dari luar negeri yang menyuarakan peran penting serangga dan melindunginya dari kepunahan.
"Kiamat serangga akan terjadi, dunia kita berhenti tanpa mereka, yang disampaikan Arifin ini telah disampaikan juga oleh beberapa penulis," tutur Rosichon.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya