JAKARTA, KOMPAS.com - Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia turut mendukung penerapan ekonomi sirkular, dengan memproduksi botol plastik PET daur ulang alias recycle polyethylene terephthalate (rPET).
Untuk diketahui, ekonomi sirkular merupakan konsep membuat nilai produk, bahan, dan sumber daya alam dalam perekonomian berumur panjang, guna meminimalkan kerusakan lingkungan.
Head of Sustainability Coca-Cola Europacific Partners Indonesia Natasha Gabriella mengatakan, botol plastik rPET adalah salah satu komitmen perusahaan terhadap visi World Without Waste.
Baca juga: Edukasi Daur Ulang, Booth Dari Botol Jadi Botol Hadir di PRJ 2024
"Dari level global pun kami sudah berkomitmen, bahwa pertama, tahun 2030 kami mau 100 persen botol plastik PET yang kami produksi itu kami tarik kembali, selain itu kami ingin di 2025 nanti, paling tidak 50 persen rPET itu sudah ada di produk-produk kami," ujar Natasha.
Hal itu disampaikannya dalam Diskusi "Jaga Indonesia: Membangun Sistem Daur Ulang Berbasis Komunitas untuk Perubahan Sosial yang Positif" di Jakarta Fair Kemayoran, Selasa (9/7/2024).
Dengan botol 100 persen rPET, tidak termasuk tutup dan label, ia menyebut Coca-Cola berupaya mengurangi ketergantungan pada plastik baru dan menurunkan emisi karbon dalam proses produksi.
Botol Coca-cola ini jadi memiliki nilai lebih dari penggunaan pertama karena dapat digunakan berulang kali, sehingga membantu mendukung ekonomi sirkular loop tertutup.
"Kami melihat bahwa yang namanya ekonomi sirkular itu penting, dan ini menjadi strategi bisnis kami juga. Upaya untuk daur ulang atau penggunaan kembali, jadi dari sisi materialnya ada yang bisa diefisienkan dan berdampak positif buat lingkungan," imbuhnya.
Sebagai produsen minuman kemasan, CCEP Indonesia berkomitmen dalam perubahan sistem pengelolaan sampah, melalui pendekatan ekonomi sirkular yang menyeluruh, yakni dari hulu hingga hilir.
Di hulu, perusahaan fokus pada desain kemasan berkelanjutan, transisi dari botol berwarna menjadi transparan, peningkatan penggunaan bahan baku daur ulang pada kemasan, efisiensi sumber daya air dan energi, hingga minimalisasi limbah produksi.
Baca juga: Tiga Tantangan Ekonomi Sirkular, Satu di Antaranya Daur Ulang
Sementara di hilir, CCEP Indonesia mendukungan sistem pengumpulan kemasan pascakonsumsi melalui fasilitas daur ulang pabrik Amandina Bumi Nusantara dan yayasan sosial nirlaba, Mahija Parahita Nusantara.
"Yayasan Mahija Parahita Nusantara yang melakukan proses pengumpulan (sampah), proses segregasi, untuk nanti akhirnya dipasok masuk ke pabrik kita, pabrik daur ulang namanya Amandina Bumi Nusantara," papar Matasha.
"Per akhir tahun 2023 lalu, (pabrik itu) telah mendapatkan sertifikat SNI karena sudah disetujui untuk food contact, jadi ini aman untuk kontak dengan makanan atau minuman," terang Natasha.
Baca juga: Republik Ceko Wajibkan Daur Ulang Limbah Tekstil pada 2050
Tak hanya itu, CCEP Indonesia juga turut melakukan edukasi dan kampanye masyarakat tentang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
Adapun penerapan ekonomi sirkular dari sisi produsen juga telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen, Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik menegaskan pentingnya daur ulang dan ekonomi sirkular.
Botol-botol bekas yang bisa diolah untuk digunakan kembali, menjadi bermanfaat karena tidak berakhir sebagai sampah, melainkan bahan baku untuk membuat botol baru.
"Dengan menggunakan botol yang didaurulang, itu salah satu upaya untuk menghemat penggunaan bahan baku untuk membuat plastik yaitu minyak bumi," ujar Ujang.
Artinya, dengan pemakaian kembali, bahan dasar plastik yang berasal dari minyak bumi yang merupakan sumber daya alam terbatas, bisa dikurangi.
Lebih luas lagi, meminimalisir penggunaan plastik, tentunya dapat mengurangi limbah maupun sampah yang akan mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan berdampak lebih jauh kepada perubahan iklim dan pemanasan global.
Baca juga: Palangka Raya Resmikan Pusat Daur Ulang Sampah
"Dampaknya itu sebesar itu dan seluas itu ya sebenarnya," imbuh Ujang.
Sementara itu, Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara Ardhina Zaiza menyampaikan bahwa ekonomi sirkular bukan lagi merupakan pilihan, melainkan suatu keharusan.
Tak hanya dari sisi lingkungan, penerapan ekonomi sirkular juga tentunya memberikan peluang ekonomi, yang akan bermanfaat bagi komunitas.
"Karena kalau kita ngomongin tentang sampah, yang terlibat di dalam itu kan banyak pihak ya. Terutama pemulung atau kita sebutnya recycling heroes, jadi para pahlawan daur ulang," ujar Ardhina.
Menurutnya, di Indonesia, peran sektor informal atau para pejuang daur ulang sangat besar. Sebab, para recycling heroes berperan dalam mengumpulkan sampah, memilah, dan memberikannya kepada bank sampah atau pihak terkait, untuk kemudian mendapat imbalan.
"Ekonomi sirkular tentunya akan membantu kehidupan para pemulung ini. Jadi dari sisi lingkungan dapat, dari sisi sosialnya juga dapat," pungkas dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya