KOMPAS.com - Ekoriparian pertama di wilayah kampus yang diberi nama Ekoriparian Leuwi Padjadjaran di kawasan Danau Jatinangor, Universitas Padjadjaran, diresmikan pada Selasa (9/7/2024).
Ekoriparian dengan luas 800 meter persegi ini diresmikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro, bersama Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Padjajaran (Unpad), Prof. Dr. Ir. Hendarmawan.
Ekoriparian adalah pemanfaatan sempadan sungai sebagai tempat edukasi masyarakat dalam hal lingkungan, dengan membangun beberapa fasilitas tanpa mengganggu ekosistem yang ada.
Pengembangan Ekoriparian Leuwi Padjadjaran ini adalah contoh ekoriparian di wilayah danau/setu, yang menjadi salah satu kegiatan percontohan restorasi dan konservasi untuk perbaikan kualitas air.
"Pengembangan Ekoriparian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana edukasi dalam pengelolaan lingkungan yang meliputi penurunan beban air limbah dengan pengolahan air limbah domestik sebelum dibuang ke sungai," ujar Sigit, dikutip dari pernyataan tertulis, Selasa (16/7/2024).
Adapun Ekoriparian Leuwi Padjadjaran dibangun pada tahun 2022. Kemudian, ada penambahan fasilitas pada 2023 yang meliputi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), wood deck, shelter, dan bangku taman.
IPAL yang dibangun mampu mengolah air limbah yang berasal dari beberapa fakultas di Unpad dengan kapasitas IPAL sebesar 80 m3 yang dapat mengolah air limbah untuk sekitar 4.000 jiwa.
Efisiensi IPAL sebesar 90 persen mampu menurunkan beban pencemar parameter Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 52,56 ton/tahun dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) setara 662,36 ton/tahun CO2 ekuivalen.
Sigit mengatakan, fasilitas ruang terbuka hijau ini akan menjadi sarana wisata dan edukasi mahasiswa Unpad maupun masyarakat sekitar.
“Tempat ini memang didesain untuk ruang publik, dibuat menjadi indah dan dilengkapi dengan infrastruktur hijau. Di tempat yang sudah kami bangun juga dikombinasikan dengan komunitas masyarakat setempat agar dapat mengelola," terang Sigit.
Pengembangan Ekoriparian, kata dia, juga diharapkan dapat menjadi sarana edukasi. Bahwa sungai bukan hanya memberikan fungsi ketersediaan air dan sumber daya alam lain dari kelengkapan ekosistemnya, tetapi juga mempunyai fungsi ekonomi dan sosial budaya.
Hal ini bermanfaat untuk menumbuhkembangkan kesadaran betapa bermanfaat dan pentingnya sungai dengan lingkungan kualitas air yang bersih serta sehat bagi keberlanjutan kehidupan.
"Jadi ada edukasi, ekonomi, dan perbaikan lingkungan di satu tempat," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad Hendarmawan mengucapkan apresiasi kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang telah mendukung pengembangan Ekoriparian Leuwi Padjadjaran.
Unpad, lanjut Prof. Hendarmawan, memiliki pola ilmiah pokok "Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional".
Keberadaan ekoriparian ini, kata dia, menjadi bagian penting dalam implementasinya pada pembelajaran mahasiswa.
"Di sisi lain, keberadaan ekoriparian juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar kampus untuk membangun kesadararan dalam menjaga lingkungan," pungkasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya