KOMPAS.com - Dalam pekan ini, Bumi memecahkan rekor tiga hari terpanas berturut-turut sepanjang sejarah pencatatan yang dilakukan manusia.
Tiga hari terpanas secara berturut-turut jatuh pada Minggu, Senin, dan Selasa (21-23/7/2024), menurut data lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S).
Pada Minggu 21 Juli 2024, rata-rata suhu Bumi mencapai 17,09 derajat celsius. Pada Senin 22 Juli 2024, temperatur rata-rata Bumi tembus 17,16 derajat celsius alias menjadi yang terpanas.
Baca juga: KLHK: Nilai Ekonomi Karbon Penting untuk Turunkan Emisi
Sedangkan pada Selasa, suhu rata-rata Bumi sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 17,15 derajat celsius.
Tingginya rata-rata suhu Bumi selama tiga hari tersebut melampaui rekor hari terpanas sebelumnya yakni pada 6 Juli 2023 dengan rata-rata suhu 17,09 derajat celsius.
Sebelumnya lagi, rekor hari terpanas dunia dipecahkan pada 13 Agustus 2016 alias delapan tahun lalu dengan rata-rata suhu 16,80 derajat celsius.
Bahkan, Dari 3 Juli 2023 hingga 23 Juli 2024, ada 59 hari yang melampaui rekor suhu terpanas pada 13 Agustus 2016.
Baca juga: 10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Banda Aceh 36,3 Derajat Celsius
Dilansir dari Euronews, Rabu (24/7/2024), fenomena tersebut menggambarkan betapa cepatnya rekor hari terpanas saling melampaui hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Direktur C3S Carlo Buontempo mengatakan, fenomena tersebut sangat mengejutkan, apalagi dalam 13 bulan terakhir suhu rata-rata bulanan terus memecahkan rekor.
"Kita sekarang berada di wilayah yang belum terpetakan dan seiring dengan terus memanasnya iklim, kita akan melihat rekor-rekor baru dipecahkan dalam beberapa bulan dan tahun mendatang," kata Buontempo.
Buntempo menuturkan, ada kemungkinan rekor hari terpanas lain bisa dipecahkan lagi di waktu mendatang.
Baca juga: 10 Kota Terpanas di Indonesia Hari Ini, Majene 36,6 Derajat Celsius
"Peristiwa ini masih berlangsung dan ada kemungkinan tanggal puncaknya masih bisa berubah," ucap Buontempo.
Umumnya, Juli merupakan bulan yang panas secara global, terutama karena belahan Bumi Utara yang mengalami musim panas.
Catatan C3S sudah ada sejak 1940, namun pengukuran global lainnya yang dilakukan oleh pemerintah AS dan Inggris sudah ada sejak 1880.
Para ilmuwan menyampaikan, kenaikan suhu Bumi sebagian besar disebabkan oleh perubahan iklim akibat pembakaran bahan bakar fosil.
Baca juga: Jakarta, Makassar, dan Semarang, Kota Terpanas di Dunia
Mereka sepakat, pemanasan akan terus berlanjut kecuali manusia mengurangi gas rumah kaca (GRK) dari pembakaran bahan bakar fosil.
Fenomena tiga hari terpanas secara berturut-turtu tersebut sejalan dengan fenomena panas ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah.
Di pedalaman California, AS, suhu mendekati 40 derajat celsius. Pada saat yang sama, Eropa dilanda gelombang panas yang mematikan.
"Ini jelas merupakan tanda mengkhawatirkan yang terjadi setelah 13 bulan berturut-turut mencatat rekor, kata ilmuwan iklim Berkeley Earth Zeke Hausfather.
Hausfather memperkirakan, ada 92 persen kemungkinan bahwa 2024 akan mengalahkan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.
Baca juga: BMKG: Tahun 2023 Rekor Suhu Terpanas, Dampak Aktivitas Industri
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya