KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, Bumi menjadi semakin panas dan lebih berbahaya bagi semua orang.
"Miliaran orang menghadapi epidemi panas ekstrem, dengan suhu mencapai 50 derajat celsius di berbagai wilayah dunia," kata Guterres, sebagaimana dilansir VOA, Kamis (25/7/2024).
Dalam pekan ini, Bumi memecahkan rekor tiga hari terpanas berturut-turut sepanjang sejarah pencatatan yang dilakukan manusia.
Baca juga: China Bersiap Hadapi Musim Panas Ekstrem, Perubahan Iklim Jadi Biang Keladi
Tiga hari terpanas secara berturut-turut jatuh pada Minggu, Senin, dan Selasa (21-23/7/2024), menurut data lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S).
Pada Minggu 21 Juli 2024, rata-rata suhu Bumi mencapai 17,09 derajat celsius. Pada Senin 22 Juli 2024, temperatur rata-rata Bumi tembus 17,16 derajat celsius alias menjadi yang terpanas.
Sedangkan pada Selasa, suhu rata-rata Bumi sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 17,15 derajat celsius.
Gelombang panas yang terjadi di berbagai wilayah di dunia telah menewaskan banyak orang, terutama di India dan di wilayah Sahel Afrika.
Baca juga: BMKG: Perubahan Lanskap Salah Satu Penyebab Suhu Panas di Jakarta
Bulan lalu, panas ekstrem menewaskan 1.300 jemaah Haji di Arab Saudi. Bulan ini, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Asia juga mengalami panas yang luar biasa.
Guterres mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan, perbaikan sistem peringatan terkait panas di 57 negara dapat menyelamatkan hampir 100.000 jiwa setiap tahunnya.
Guterres berujar, pembakaran bahan bakar fosil menjadi biang keladi utama pemanasan global yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahunnya.
Dia berulang kali meminta para penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) untuk memenuhi target Perjanjian Paris 2015 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.
Dia menambahkan, perluasan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru merupakan hambatan untuk mencapai target tersebut.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Suhu Bumi 12 Bulan Sangat Panas
Ia pun mendesak para pemimpin untuk segera dan secara adil menghentikan bahan bakar fosil dan mengakhiri proyek-proyek batu bara baru.
"G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan," tutur Guterres.
Dia juga mendesak lebih banyak pendanaan adaptasi dan mitigasi iklim dari negara-negara terkaya untuk membantu negara-negara termiskin dan paling rentan yang paling sedikit berkontribusi terhadap pemanasan global.
Guterres juga menyerukan dunia untuk beraksi yang fokus pada mereka yang paling rentan, termasuk melindungi pekerja yang terpapar panas ekstrem.
“Laporan baru dari Organisasi Buruh Internasional memperingatkan, lebih dari 70 persen tenaga kerja global, 2,4 miliar orang, kini berisiko tinggi terkena panas ekstrem,” katanya.
Baca juga: Dipanggang Panas, Suhu New Delhi India Tembus 52,9 Derajat Celsius
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya