Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, Bumi menjadi semakin panas dan lebih berbahaya bagi semua orang.

"Miliaran orang menghadapi epidemi panas ekstrem, dengan suhu mencapai 50 derajat celsius di berbagai wilayah dunia," kata Guterres, sebagaimana dilansir VOA, Kamis (25/7/2024).

Dalam pekan ini, Bumi memecahkan rekor tiga hari terpanas berturut-turut sepanjang sejarah pencatatan yang dilakukan manusia.

Baca juga: China Bersiap Hadapi Musim Panas Ekstrem, Perubahan Iklim Jadi Biang Keladi

Tiga hari terpanas secara berturut-turut jatuh pada Minggu, Senin, dan Selasa (21-23/7/2024), menurut data lembaga pemantau perubahan iklim bentukan Uni Eropa, Copernicus Climate Change Service (C3S).

Pada Minggu 21 Juli 2024, rata-rata suhu Bumi mencapai 17,09 derajat celsius. Pada Senin 22 Juli 2024, temperatur rata-rata Bumi tembus 17,16 derajat celsius alias menjadi yang terpanas.

Sedangkan pada Selasa, suhu rata-rata Bumi sedikit lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yakni 17,15 derajat celsius.

Gelombang panas yang terjadi di berbagai wilayah di dunia telah menewaskan banyak orang, terutama di India dan di wilayah Sahel Afrika.

Baca juga: BMKG: Perubahan Lanskap Salah Satu Penyebab Suhu Panas di Jakarta

Bulan lalu, panas ekstrem menewaskan 1.300 jemaah Haji di Arab Saudi. Bulan ini, Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Asia juga mengalami panas yang luar biasa.

Guterres mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan, perbaikan sistem peringatan terkait panas di 57 negara dapat menyelamatkan hampir 100.000 jiwa setiap tahunnya.

Bahan bakar fosil

Guterres berujar, pembakaran bahan bakar fosil menjadi biang keladi utama pemanasan global yang menewaskan hampir setengah juta orang setiap tahunnya.

Dia berulang kali meminta para penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) untuk memenuhi target Perjanjian Paris 2015 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Dia menambahkan, perluasan bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru merupakan hambatan untuk mencapai target tersebut.

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Suhu Bumi 12 Bulan Sangat Panas

Ia pun mendesak para pemimpin untuk segera dan secara adil menghentikan bahan bakar fosil dan mengakhiri proyek-proyek batu bara baru.

"G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara-negara dan masyarakat yang rentan," tutur Guterres.

Dia juga mendesak lebih banyak pendanaan adaptasi dan mitigasi iklim dari negara-negara terkaya untuk membantu negara-negara termiskin dan paling rentan yang paling sedikit berkontribusi terhadap pemanasan global.

Guterres juga menyerukan dunia untuk beraksi yang fokus pada mereka yang paling rentan, termasuk melindungi pekerja yang terpapar panas ekstrem.

“Laporan baru dari Organisasi Buruh Internasional memperingatkan, lebih dari 70 persen tenaga kerja global, 2,4 miliar orang, kini berisiko tinggi terkena panas ekstrem,” katanya.

Baca juga: Dipanggang Panas, Suhu New Delhi India Tembus 52,9 Derajat Celsius

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

China Berencana Bangun PLTS di Luar Angkasa, Bisa Terus Panen Energi Matahari

Pemerintah
AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau