Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bersiap Hadapi Musim Panas Ekstrem, Perubahan Iklim Jadi Biang Keladi

Kompas.com - 05/07/2024, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi China memperingatkan, negara tersebut bersiap menghadapi gelombang panas yang lebih panas dan lebih lama saat memasuki musim panas ini.

Dalam laporan iklim tahunannya, badan tersebut memperingatkan suhu maksimal di seluruh wilayah bisa meningkat antara 1,7 sampai 2,8 derajat celsius.

China bagian timur dan wilayah barat laut akan menjadi daerah yang paling parah terkena dampak gelombang panas, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (4/7/2024).

Baca juga: 4 Perusahaan China Sepakat RI Jadi Hub Produksi Ekspor Mobil Listrik

Badan Meteorologi China juga melaporkan, tahun lalu suhu rata-rata nasional mencapai rekor tertinggi hingga menyebabkan banyak gletser menyusut.

Pencairan lapisan es di wilayah barat laut juga memecahkan tingkat tertinggi pada tahun lalu karena suhu panas.

Badan tersebut turut menegaskan, China menjadi salah satu negara yang paling rentang terhadap perubahan iklim.

"Negeri Panda" juga berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk beradaptasi terhadap pola cuaca yang berubah dengan cepat serta kenaikan permukaan air laut yang lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Baca juga: Perusahaan China Sepakat RI Jadi Hub Produksi Kendaraan Listrik untuk Ekspor

"China adalah kawasan yang sensitif terhadap perubahan iklim global, kawasan yang dampaknya akan signifikan," kata Wakil Direktur Pusat Iklim Nasional Badan Meteorologi China Yuan Jiashuang.

Dia memperingatkan, jika emisi karbon dioksida tetap tinggi, kejadian panas ekstrem yang diperkirakan terjadi setiap 50 tahun sekali di China bisa terjadi dua tahun sekali pada akhir abad ini.

Di samping itu, perubahan iklim juga bisa membuat curah hujan berlipat ganda dan menjadi lebih tidak terduga.

Badan Meteorologi China memperkirakan, suhu di sebagian besar wilayah akan relatif tinggi selama beberapa bulan ke depan.

Baca juga: China Pimpin Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dunia

Cuaca tak menentu

Sebelumnya, hujan deras dan banjir telah melanda wilayah selatan. Sedangkan beberapa wilayah utara dan tengah malah mengalami suhu panas yang mencapai rekor tertinggi.

Kondisi tersebut mengancam tanaman pertanian dan memberikan tekanan terhadap jaringan listrik.

Suhu rata-rata dari bulan Maret hingga Mei mencapai titik tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1961, menurut data resmi.

Temperatur tinggi yang mengguncang provinsi-provinsi penghasil tanaman pangan utama di barat laut dan timur, hingga memaksa petani jagung untuk menunda penanaman.

Sementara hujan lebat di wilayah lain membanjiri lahan kedelai dan sawah.

Suhu musim panas di sejumlah wilayah termasuk Zhejiang, Jiangxi, Hunan, Fujian, Guangdong, Guangxi, Gansu, dan Ningxia diperkirakan naik antara 1 hingga 2 derajat celsius di atas normal, menurut Badan Meteorologi China.

Baca juga: China Dorong Investasi Fasilitas Pengisian Daya NEV di Pedesaan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com