Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boja Farm Ekspor Produk Pertanian Organik Rp 3,5 Miliar

Kompas.com - 06/08/2024, 09:26 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Perkebunan organik sekaligus ekowisata Boja Farm di Hajur Talang, Kabupaten Bogor, telah mengekspor produk olahan organik mereka hingga ke beberapa negara.

Hasil pertanian organik dari Boja Farm yang diekspor ke pasar Kanada pada tahun 2023 lalu, berupa 42 jenis rempah, tanaman pangan, dan olahannya mampu memberikan angka senilai Rp 3,5 miliar.

“Kalau kami nilai, ekspor kami seperti kemarin itu ke Kanada, setiap tahunnya itu antara Rp 3-3,5 miliar,” ujar Founder dan Owner Boja Farm John Tumiwa, saat ditemui di Boja Farm, Bogor, Minggu (4/8/2024).

Baca juga: Garudafood Inisiasi Pengelolaan Sampah Organik dengan Maggot di Jatijajar Depok

Angka ekspor tersebut, kata dia, berasal dari berbagai produk yang dihasilkan di Boja Farm. Antara lain bumbu rempah, sabun, hingga ekstrak vanila.

“Ke Kanada itu kami mengekspor 42 jenis spices (rempah-rempah). Jadi yang sudah di botol-botol, itu sudah masuk ke delapan supermarket di West Coast,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia juga telah mengikuti pameran di Montreal, dan tengah menjajaki peluang memasarkan produk organik di 13 supermarket yang ada di wilayah tersebut.

Selain Kanada, saat ini hasil pertanian organik Boja Farm juga telah menjangkau Amerika. Menurutnya, komoditas utama yang menjadi unggulan untuk dikirim ke Amerika adalah ekstrak vanila.

Baca juga: Petani Bali Manfaatkan Eco Enzyme untuk Pertanian Organik, Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan

Hilirisasi pertanian dan sertifikasi organik

Selain pertanian organik, Boja Farm juga mengintegrasikan elemen-elemen dari hulu ke hilir, dari pembibitan hingga pemasaran produk pertanian.

John menjelaskan, pihaknya sudah sejak lama menerapkan hilirisasi, atau pengolahan barang mentah menjadi setengah jadi maupun jadi.

Menurutnya, hilirisasi pertanian terbukti dapat memberikan hasil lebih menguntungkan daripada produk mentah.

Founder dan Owner Boja Farm, John Tumiwa, saat ditemui di Boja Farm, Bogor, Minggu (4/8/2024).KOMPAS.com/FAQIHAH MUHARROROH ITSNAINI Founder dan Owner Boja Farm, John Tumiwa, saat ditemui di Boja Farm, Bogor, Minggu (4/8/2024).

Sehingga, tidak hanya menerapkan pertanian organik yang sudah bersertifikasi, nilai tambah lainnya berasal dari pengolahan produk pertanian tersebut.

“Ini kami sudah lakukan dari sejak memulai bisnis ini. Kita nggak bisa tuh tanam cabai, jual cabai. Jadi diolah dulu,” ujar John.

“Kalau bicara sustainability (keberlanjutan), sustain sama dengan berkelanjutan. Harusnya ekuivalen dengan profit. Karena tanpa profit, tidak akan sustain,” sambungnya.

Baca juga: Iriana Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Jadi Kompos

Sebagai contoh, tanaman vanila mentah yang telah melalui proses pengolahan hingga menjadi ekstrak vanila yang dikemas botolan, dapat memberikan keuntungan hingga 10 kali lipat.

“Kita jual sekarang, misalnya vanilla ekstrak. Vanilla ekstrak itu kita jual di Rp 40.000 untuk 110 mililiter. Sedangkan harga vanila per hari ini misalnya mungkin Rp 400.000 per kilogram. Padahal untuk menggunakan 110 mili itu, satu liter itu hanya menggunakan 100 gram. Begitu gambarannya,” papar John.

Selain vanila, kebun Boja Farm seluas 15 hektar lebih juga memproduksi olahan kopi, cengkeh, coklat, hingga cabai. Tak hanya menjadi ekstrak, peningkatan olahan barang jadi akan semakin meningkatkan nilai tambah.

“Nah ekstrak vanila, kita mau bikinin lagi nih. Misalnya apa, fla, kan kita bisa bikin fla. Itu akan naik lagi (keuntungannya). Jadi kalau menurut saya, kita di Indonesia ini kaya banget,” terangnya.

Saat ini, desa binaan yang tergabung dalam Desa Sejahtera Astra (DSA) itu telah membagi beberapa zona pertanian. Terdapat zona 17 tanaman sayur, 40 lebih tanaman herbal, 30 lebih tanaman buah, hingga lahan vanila.

Baca juga: Perusahaan China Sepakat RI Jadi Hub Produksi Kendaraan Listrik untuk Ekspor

Adapun pertanian organik Boja Farm juga telah mendapatkan sertifikasi dari lembaga organik dunia, seperti dari Amerika (United States Department of Agriculture, National Organic Program/USDA-NOP), dan Jepang (Japanese Agricultural Standards/JAS).

“Dengan disertifikasi lembaga organik internasional, dari situ baru kami bisa menaikkan harga jual pertanian kami,” ungkapnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

IESR: Transisi Energi Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

LSM/Figur
Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

Ekonomi Restoratif Dinilai Paling Tepat untuk Indonesia, Mengapa?

LSM/Figur
Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

Populasi Satwa Liar Global Turun Rata-rata 73 Persen dalam 50 Tahun

LSM/Figur
Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim

Pemerintah
Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

Tak Hanya Tekan Abrasi, Mangrove juga Turut Dorong Perputaran Ekonomi Masyarakat

LSM/Figur
Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Konsumsi Daging Berkontribusi terhadap Kerusakan Lingkungan, Kok Bisa?

Pemerintah
Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Selenggarakan CSR Berkelanjutan, PT GNI Dapat Penghargaan di PKM CSR Award 2024

Swasta
Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

Kisah Warga Desa Mayangan yang Terancam Abrasi dan Inisiatif Kompas.com Tanam Mangrove

LSM/Figur
Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Langkah Hijau Kompas.com, Penanaman Mangrove untuk Selamatkan Pesisir Subang

Swasta
Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Konsumen Bingung dengan Klaim Keberlanjutan pada Kemasan Produk

Pemerintah
Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemanasan Global Picu Siklon dan Hujan Badai di Seluruh Asia

Pemerintah
Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Bank Tetap Biayai Investasi Batu Bara meski Ada Target Iklim

Pemerintah
IEEFA Sebut 'Power Wheeling' Bisa Dorong Investasi Hijau

IEEFA Sebut "Power Wheeling" Bisa Dorong Investasi Hijau

LSM/Figur
Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Penerapan Karbon Dioksida Tak Lagi Berguna Jika Suhu Bumi Lampaui Batas

Pemerintah
Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

Dosen UI Teliti Limbah Plastik Jadi Penangkap Karbon Dioksida

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau