Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Bali Manfaatkan Eco Enzyme untuk Pertanian Organik, Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan

Kompas.com - 13/12/2023, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com – Para petani dari berbagai kabupaten di Bali mulai memanfaatkan eco enzyme  untuk menanam padi.

Aksi tersebut sejalan dengan upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah dan mendukung upaya menjadikan Bali sebagai pulau organik.

Weda Sugama dari Komunitas Enzim Bakti Indonesia mengatakan, dengan eco enzyme, para petani bisa kembali ke pertanian organik.

Baca juga: 10 Provinsi dengan Petani Milenial Terbanyak, Jawa Timur Juaranya

“Sehingga tidak memerlukan lagi pupuk dan pestisida kimia,” kata Weda dalam reses anggota DPD Made Mangku Pastika bertajuk “Pertanian Ramah Lingkungan dengan Eco Enzyme”, Selasa (12/12/2023).

Eco enzyme adalah hasil fermentasi dari sisa sayuran dan buah, sebagaimana dilansir Antara.

Eco enzyme juga sudah diaplikasikan di sejumlah lahan pertanian di Provinsi Bali seperti Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, dan Kota Denpasar.

Penyuplainya adalah para pemuda yang menjadi pegiat eco enzyme di Provinsi Bali. Mereka mengolah sisa sayur dan buah di hotel menjadi eco enzyme.

Baca juga: Ada 50.879 Petani Milenial di NTT Gunakan Teknologi Digital

Di Gianyar, eco enzyme sudah diujicobakan pada 20 hektare lahan padi dan sudah mengalami tiga kali masa panen.

“Untuk panen pertama memang hasilnya akan menurun dibandingkan penggunaan pupuk kimia,” ujar Weda yang juga pendiri komunitas Bali Sehat Mandiri itu.

Namun, untuk panen kedua, ketiga, dan seterusnya, hasilnya meningkat dibandingkan sawah yang menggunakan pupuk kimia.

Selain itu, penggunaan eco enzyme juga dapat mengurangi biaya produksi sebesar 30 persen.

Baca juga: Penjualan Kredit RSPO Petani Swadaya Binaan Musim Mas Tembus Rp 20 Miliar

Hewan-hewan di sawah yang sebelumnya langka akibat pemakaian pupuk kimia juga kembali bermunculan setelah penggunaan eco enzyme.

“Pada Januari mendatang, akan hadir ahli pertanian organik dari China yang akan turut mengedukasi para petani terkait pertanian organik,” ujar Weda.

Selain mengajak petani kembali ke pertanian organik, Weda bersama petani juga mengujicobakan biodynamic farming atau pertanian biodinamis.

Teknik ini menggunakan fermentasi kotoran sapi dan tanduk sapi betina yang disebut membuat kualitas padi jadi lebih baik.

Baca juga: Pendapatan Petani Cuma Rp 1 Juta per Bulan, Pertanian Butuh Investasi Jumbo

Sementara itu, salah satu petani dari Desa Mas, Kabupaten Gianyar, Wayan Bandem Sudiarta, mengatakan, setelah menggunakan eco enzyme, kondisi tanahnya menjadi berbeda.

“Kini para petani sudah tidak gatal-gatal lagi saat mengolah tanah. Kemudian belut dan kunang-kunang juga kembali bermunculan di sawah,” tuturnya.

Di sisi lain, Made Mangku Pastika mengatakan, dengan berbagai upaya yang dilakukan berbagai komunitas pencinta lingkungan, sebenarnya tidak susah untuk mewujudkan Bali Green Province.

“Teman-teman yang begitu mulia menyelamatkan bumi ini, saya menjadi speechless (tidak bisa bicara). Saya salut dengan berbagai perjuangan yang telah dilakukan,” tuturnya.

Baca juga: Menuju Pertanian Berkelanjutan, OIKN Siapkan Kelompok Kerja Petani

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau