Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capung Bisa Bantu Ungkap Cara Merkuri Cemari Alam

Kompas.com - 16/08/2024, 09:29 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli ekologi sering kali mengandalkan data kesehatan populasi ikan dan burung untuk mengukur kontaminasi merkuri di suatu wilayah.

Namun, analisis tersebut memerlukan biaya yang tak sedikit, memakan waktu, dan mengecualikan banyak ekosistem gurun.

Jadi bagaimana para ahli menyiasati tantangan tersebut?

Baca juga: Apa Pengertian Polutan dalam Pencemaran Lingkungan?  

Ternyata ada satu cara yang bisa dilakukan, yakni dengan meminta bantuan capung.

Serangga tersebut dapat dengan mudah ditemukan di hampir semua habitat yang mengandung sedikit air.

Mendeteksi merkuri dengan capung

Seperti dikutip dari Popular Science, Kamis (15/8/2024) dalam studi ini tim peneliti bersama relawan mengumpulkan larva serangga di 750 lokasi di 150 Taman Nasional.

Baca juga: Kepunahan Serangga Bisa Memicu Peperangan di Bumi

Larva itu kemudian dikirim ke peneliti untuk dievaluasi menggunakan instrumen canggih yang dirancang untuk mendeteksi spektrum kontaminan merkuri dan bagaimana logam beracun tersebut mencemari lingkungan yang berbeda.

"Dengan menggunakan teknologi mutakhir dan bekerja sama dengan relawan, kami mampu mengungkap hasil mengejutkan yang berpotensi mengubah cara merkuri dipantau dan dikelola dalam skala global," kata Sarah Janssen, ilmuwan di USGS yang juga penulis utama penelitian.

Dibandingkan ikan dan burung, capung bisa tumbuh subur di daerah jauh lebih kering yang berfungsi sebagai kolam sampel pembawa merkuri tradisional bagi para peneliti.

Larva mereka juga jauh lebih mudah didapatkan, berlimpah dan lebih mudah dianalisis.

Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap capung pun bisa memberikan wawasan baru tentang kontaminan beracun tersebut.

Pencemaran merkuri di alam

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science & Technology, merkuri dibawa melalui lingkungan sekitarnya.

Di daerah hutan dan lebih basah, merkuri berbentuk gas cenderung menempel pada daun tanaman dan pohon.

Namun, di daerah yang lebih kering, merkuri masuk melalui hujan dan salju yang jumlahnya lebih sedikit.

Baca juga: Kawanan Hewan Ini Mampu Serap Karbon Setara 84.000 Mobil

Dalam kedua situasi tersebut, logam beracun tersebut bergerak naik melalui rantai makanan hingga akhirnya terkonsentrasi paling banyak pada hewan besar, termasuk manusia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Kekeringan Global Ancam Pasokan Pangan dan Produksi Energi

Pemerintah
Laporan 'Health and Benefits Study 2024': 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Laporan "Health and Benefits Study 2024": 4 Tren Tunjangan Kesehatan Karyawan Indonesia

Swasta
Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Perubahan Iklim Tingkatkan Kekerasan terhadap Perempuan

Pemerintah
Forum 'ESG Edge' Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

Forum "ESG Edge" Inquirer: Kolaborasi Sekolah Swasta dan Negeri Jadi Solusi Holistik Masalah Pendidikan Filipina

LSM/Figur
Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Pemerintah
Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

LSM/Figur
Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program 'AKSI' di Banjarnegara Jateng

Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program "AKSI" di Banjarnegara Jateng

BUMN
Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau