KOMPAS.com - Analisis dari Mercator Research Institute on Global Commons and Climate Change menemukan sebagian besar kebijakan iklim gagal mengurangi emisi secara signifikan sehingga tak banyak membantu menghentikan perubahan iklim.
Hasil analisis ini pun menunjukkan bahwa pemerintah harus bekerja keras untuk mengidentifikasi cara-cara yang benar-benar dapat mengubah keadaan tersebut.
Mengutip New Scientist, Minggu (24/8/2024) kesimpulan itu berdasarkan pada hasil analisis terhadap 1500 kebijakan iklim di 41 negara di enam benua yang diberlakukan antara tahun 1998 hingga 2022.
Dalam analisis ini, tim peneliti menggunakan pembelajaran mesin untuk mengidentifikasi momen-momen ketika emisi suatu negara turun secara signifikan lalu membandingkannya dengan kelompok kontrol negara lain yang tidak termasuk dalam daftar analisis.
Baca juga: Selain Berdampak Lingkungan, Perubahan Iklim Tingkatkan Tren Penyakit
Peneliti menemukan 69 momen emisi dan membandingkannya lagi dengan basis data yang disusun Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang melacak jenis kebijakan iklim apa yang diberlakukan saat itu.
Secara keseluruhan peneliti menemukan sebagian besar kebijakan iklim tidak mencapai tingkat keberhasilan yang mendekati.
"Kami memiliki banyak kebijakan di luar sana yang belum menghasilkan pengurangan emisi yang besar, dan lebih banyak kebijakan tidak selalu berarti hasil yang lebih baik," kata Nicolas Koch di Mercator Research Institute on Global Commons and Climate Change.
Banyak kebijakan yang gagal karena terlalu spesifik. Misalnya, pemerintah dapat menyubsidi pembelian mobil listrik baru, tetapi sebagian besar mobil di jalan bukanlah mobil listrik, jadi dampaknya minimal.
Hal ini membuat peneliti menyimpulkan bahwa alat kebijakan yang paling sering digunakan yaitu subsidi dan regulasi saja tidak cukup.
"Hanya jika dikombinasikan dengan instrumen berbasis harga seperti harga karbon, pajak energi maka bisa menghasilkan pengurangan emisi yang substansial," papar Koch.
Baca juga: Google Kembangkan Satelit untuk Lacak Emisi Metana yang Sumbang Perubahan Iklim
Dengan kata lain, orang hanya mengurangi emisi jika hal itu akan menguras dompet mereka.
Marion Dumas di London School of Economics and Political Science, Inggris menambahkan penelitian baru ini bisa berguna bagi para pembuat kebijakan meski metode tim tersebut tidak sepenuhnya menangkap realitas intervensi kebijakan.
Itu lantaran metode tersebut melihat tren emisi atau hasil terlebih dahulu kemudian mundur untuk menemukan jawabannya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya