Studi menunjukkan bahwa partikel-partikel ini terdapat dalam makanan dan air minum, bahkan ditemukan di udara. Namun, dampak kesehatan jangka panjang dari paparan mikroplastik masih belum jelas.
“Ada implikasi untuk semua aspek kesehatan, termasuk kanker,” kata profesor asosiasi George Laking dari University of Auckland.
“Tinjauan ini menyatukan bukti untuk pendekatan kehati-hatian dalam kebijakan plastik. Penggunaan plastik, termasuk jenis yang dapat terurai secara hayati dan dapat didaur ulang, harus dibatasi seminimal mungkin,” ungkap Laking.
Baca juga: Polusi Tanah Jadi Ancaman Keanekaragaman Hayati
Kendati ada kekhawatiran yang meningkat atas risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh mikroplastik, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya dampak potensialnya.
Untuk saat ini, para ahli merekomendasikan pendekatan yang hati-hati, dengan menganjurkan pengurangan penggunaan plastik dan pengelolaan limbah plastik yang lebih baik.
Peneliti menambahkan perang melawan polusi plastik membutuhkan upaya yang sama seperti yang dilakukan untuk menghilangkan zat berbahaya lainnya, seperti asbes dan pestisida organoklorin, yang membutuhkan tindakan global dan perubahan kebijakan yang berkelanjutan.
Namun, mereka juga menekankan perlunya kerja sama global dan upaya bersama untuk mengubah cara kita menggunakan dan membuang plastik.
“Plastik akan tetap ada. Namun dengan mengambil tindakan pencegahan sekarang, setidaknya kita dapat menghentikan masalah ini agar tidak bertambah parah,” kata Dr. Rindelaub.
Studi dipublikasikan di jurnal Science.
sumber https://www.independent.co.uk/climate-change/news/plastic-pollution-cost-microplastics-study-b2615601.html
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya