Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah pakar mengusulkan rencana penyebaran besi di Samudera Pasifik untuk membantu menyerap karbon dioksida dari atmosfer, salah satu gas rumah kaca (GRK) penyebab pemanasan global.

Usulan tersebut dirilis dalam artikel penelitian berjudul Next steps for assessing ocean iron fertilization for marine carbon dioxide removal yang dirilis di jurnal Frontiers in Climate, 9 September 2024.

Artikel tersebut ditulis oleh sejumlah pakar lintas disiplin ilmu yang tergabung dalam lembaga nirlaba Exploring Ocean Iron Solutions (ExOIS).

Baca juga: Menteri LHK Sebut Jasa Karbon Bukan Greenwashing

Dalam artikel tersebut, para peneliti mengeklaim penyebaran besi dengan teknik ocean iron fertilisation (OIF) bisa menjadi cara yang murah, berskala luas, dan dapat diterapkan dengan cepat untuk menangkap karbon.

Dalam artikel itu juga, mereka memaparkan rencana untuk menghitung berapa banyak karbon dioksida yang dapat ditangkap melalui teknik itu dan dampaknya terhadap ekosistem laut.

Mereka berharap untuk memulai uji coba di lautan seluas 10.000 kilometer persegi di Samudera Pasifik wilayah timur laut paling cepat tahun 2026.

"Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade komunitas ilmiah kelautan bersatu untuk mendukung rencana penelitian khusus untuk besi di laut," kata penulis utama studi tersebut Ken Buesseler.

Baca juga: CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru

Untuk merealisasikan rencana tersebut, para pakar mengaku memerlukan dana senilai 160 juta dollar AS untuk merealisasikannya.

Di sisi lain, mereka telah menerima hibah sebesar 2 juta dollar AS dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS untuk pemodelan komputer.

Kini, para ilmuwan tersebut berencana untuk mengajukan permohonan kepada Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat untuk mendapatkan izin memulai uji coba.

Cara kerja

OIF adalah teknik di mana sejumlah kecil mikronutrien besi dilepaskan ke permukaan laut untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton.

Pertumbuhan fitoplankton secara cepat dapat menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer melalui fotosintesis.

Baca juga: AI Bisa Tekan Emisi Karbon dan Tingkatkan Keuntungan Perusahaan, Bagaimana Caranya?

Ketika plankton mati atau dimakan hewan laut lain, sebagian karbon tersebut ikut tenggelam jauh ke dalam laut sehingga berpotensi tidak dapat lepas ke atmosfer selama berabad-abad.

Sejauh ini, ada cukup banyak besi yang masuk ke laut secara alami dari berbagai sumber seperti debu yang tertiup angin atau abu vulkanik.

Manajer proyek program ExOIS Paul Morris menuturkan, lautan memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang sangat besar.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
BUMN
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
LSM/Figur
Lewat Label 'Kota Kotor', KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Lewat Label "Kota Kotor", KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
BUMN
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Swasta
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Pemerintah
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Swasta
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pemerintah
KKP Minta Komdigi 'Take Down' Situs Jual Beli Pulau Indonesia
KKP Minta Komdigi "Take Down" Situs Jual Beli Pulau Indonesia
Pemerintah
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
BUMN
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
Pemerintah
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
LSM/Figur
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau