Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Kompas.com - 04/10/2024, 21:00 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Devex

KOMPAS.com - Padi merupakan salah satu tanaman pangan terpenting di dunia. Lebih dari separuh populasi global bergantung padanya sebagai komponen utama makanan sehari-hari mereka.

Namun siapa sangka, padi bertanggung jawab atas 10 persen emisi metana global, yang dihasilkan oleh bakteri yang terbentuk saat air di sawah yang tergenang mencegah oksigen mencapai tanah.

Asia Tenggara sendiri merupakan penghasil padi terbesar di dunia, yang menghasilkan 33 persen dari total emisi metana di kawasan tersebut.

Mengatasi problem itu, International Rice Research Institute (IRRI) yang berbasis di Los Banos Filipina tersebut berupaya menggunakan ilmu pengetahuan dan teknik pemuliaan untuk menciptakan varietas yang lebih sehat bagi manusia dan lingkungan.

Baca juga:

“Kami tidak hanya berharap bahwa pertanian yang mendorong sistem pangan berbasis padi memiliki dampak yang lebih rendah terhadap lingkungan, tetapi juga kualitas hasil panen yang dihasilkan dari sistem tersebut lebih sehat bagi masyarakat,” kata Yvonne Pinto, direktur jenderal IRRI.

“Kita berada pada tonggak sejarah yang sangat besar dalam transformasi sistem pangan, di mana di masa lalu, kita cukup senang menggunakan banyak pupuk dan bahan kimia perlindungan untuk tanaman tapi tidak benar-benar menyadari bahwa hal itu dapat berdampak pada kesehatan manusia. Hal tersebut tidak dapat diterima lagi," ungkap Pinto lagi dikutip dari Devex, Jumat (4/10/2024).

Dalam mengembangkan padi yang lebih ramah lingkungan, Pinto menjelaskan menggunakan teknologi yang disebut bank gen padi.

Itu merupakan 132.000 aksesi dari sekitar 100 negara yang merupakan materi genetik yang dapat digunakan untuk menciptakan varietas yang tidak hanya adaptif terhadap iklim yang semakin hangat, tetapi juga membantu mengurangi dampak perubahan iklim seperti emisi gas rumah kaca dari tanaman tersebut.

Peneliti juga menyebut memanfaatkan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan untuk memahami dan mempercepat pengembangan materi baru.

Baca juga:

"Seiring dengan semakin banyaknya pendekatan regeneratif yang kami hasilkan untuk padi, prinsip pendekatan tersebut dapat diterapkan pada semua jenis sistem pertanian," tutur Pinto.

Tantangan Pertanian

Pinto mengungkapkan pula untuk berinvestasi pada pertanian yang berkelanjutan masih terdapat tantangan menghadang, salah satunya adalah masalah pendanaan.

Dengan era pasca-COVID-19, pendanaan yang tersedia untuk penelitian ilmiah berkurang.

Meski begitu selama pandemi muncul juga kesadaran mengenai kerapuhan rantai pasokan makanan sehingga penting untuk memproduksinya tanpa memengaruhi lingkungan dan mendapatkan makanan yang bergizi.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Ilmuwan Kembangkan Padi yang Lebih Ramah Lingkungan

Pemerintah
Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah Kendalikan Merkuri untuk Jaga Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Pemerintah
DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

DPR RI yang Baru Siapkan UU Perkuat Pedagangan Karbon

Pemerintah
Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Kerja sama Transisi Energi Indonesia-Jepang Berpotensi Naikkan Emisi

Pemerintah
Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

Tekan Stunting, Rajawali Nusindo Salurkan 438.000 Bantuan Pangan Pemerintah di NTT

BUMN
Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Kemendagri: Alokasi APBD untuk Pengolahan Sampah Rata-rata Kurang dari 1 Persen

Pemerintah
1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

1,16 Juta Hutan RI Ludes Dilalap Kebakaran, PBB Ungkap Sebabnya

LSM/Figur
Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

Studi Ketimpangan Celios: Harta 50 Orang Terkaya RI Setara 50 Juta Penduduk

LSM/Figur
Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program 'AKSI' di Banjarnegara Jateng

Beri Dampak Positif Masyarakat, Pupuk Indonesia Gelar Program "AKSI" di Banjarnegara Jateng

BUMN
Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

Kawasan Karst Banjir Pengunjung, Ini Strategi Kurangi Dampak Negatifnya

LSM/Figur
Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Dianggap Berhasil Tangani Emisi dan Iklim, RI Raih Penghargaan Green Eurasia 2024

Pemerintah
BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

BI Luncurkan Kalkulator Hijau, Perusahaan Bisa Langsung Hitung Emisi

Pemerintah
Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

Tanoto Foundation Ungkap Urgennya Peran Pendidikan Anak Usia Dini

LSM/Figur
Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Baru Dilantik, DPR Dituntut Perjuangkan UU Kriris Iklim

Pemerintah
Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau