Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perencanaan Kebijakan Harus Pahami Perubahan Iklim Regional

Kompas.com - 03/10/2024, 21:50 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Dampak perubahan iklim telah dirasakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Seperti pada 2023, peristiwa cuaca ekstrem berdampak di setiap benua yang berpenghuni, hingga menyebabkan banjir besar, kekeringan, dan kebakaran hutan.

Meski perubahan terjadi di seluruh dunia, pemahaman terperinci tentang dampak regional dari pemanasan global sangat penting untuk melindungi masyarakat dari risiko yang makin meningkat.

"Kami terus meningkatkan pemahaman tentang perubahan iklim, khususnya aspek regionalnya untuk menginformasikan kebijakan yang ditujukan pada adaptasi," kata penulis pertama Matthew Collins dari University of Exeter, Inggris.

Baca juga: Penuaan Populasi, Perubahan Iklim, dan Penguasaan Teknologi

"Meskipun aspek global tetap penting, manusia akan merasakan dampak perubahan iklim di tingkat regional. Di sinilah perencanaan infrastruktur, kesiapsiagaan kejadian ekstrem, dan pengelolaan kesehatan publik serta ketahanan pangan memerlukan ilmu iklim terkini," katanya lagi.

Perubahan Iklim Regional

Mengutip Phys, Kamis (3/10/2024) studi ini mengungkap berbagai sinyal perubahan iklim yang muncul di tingkat lokal yang kemungkinan akan terjadi pada abad ini, mulai dari ekuator hingga kutub.

Di wilayah tropis dan subtropis, perubahan dramatis dalam presipitasi diperkirakan akan mengubah intensitas musim hujan secara signifikan, menyebabkan dampak sosial yang substansial.

Misalnya saja, sistem musim yang penting bagi pertanian secara langsung memengaruhi miliaran orang. Sekitar 60 persen populasi dunia sendiri tinggal di wilayah musim hujan belahan bumi utara.

Baca juga: Banyak Kebijakan yang Gagal dalam Mencegah Perubahan Iklim

Seiring dengan menurunnya emisi aerosol dan meningkatnya gas rumah kaca, musim hujan diprediksi akan semakin intens, yang berpotensi mengakibatkan banjir, tanah longsor, dan berkurangnya hasil pertanian.

"Peningkatan curah hujan dan variabilitas curah hujan jalur badai dapat menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dan angin kencang serta banjir di wilayah lain, yang mengakibatkan dampak yang menghancurkan pada pertanian, infrastruktur penting, dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan," kata rekan penulis Vikki Thompson, dari Koninklijk Nederlands Meteorologisch Instituut, Belanda.

Sementara itu di wilayah kutub, proyeksi menunjukkan bahwa sebagian besar curah hujan akan jatuh sebagai hujan daripada salju, yang berpotensi mempercepat pencairan es dan memperparah kenaikan permukaan laut. Transisi ini membahayakan masyarakat pesisir di seluruh dunia.

Baca juga: Pangkas Emisi Metana Jadi Kunci Kurangi Dampak Perubahan Iklim dan Kerusakan Ozon

Adaptasi dan Ketahanan Regional

Studi ini menyerukan upaya terpadu dan interdisipliner untuk menjembatani kesenjangan dalam pemodelan iklim yang berguna untuk mengatasi krisis iklim.

Data beresolusi lebih tinggi, integrasi teknik pembelajaran mesin, dan model baru akan meningkatkan simulasi fenomena iklim yang kompleks di tingkat global dan regional.

Kemajuan tersebut sangat penting untuk menginformasikan kebijakan iklim internasional dan memastikan bahwa langkah-langkah adaptasi lokal.

Seperti misalnya infrastruktur yang tangguh, sistem peringatan dini yang disempurnakan, dan praktik pertanian berkelanjutan berdasarkan pada data yang paling andal dan akurat.

Baca juga: Pemerintah Masih Evaluasi Kebijakan Insentif PLTS Atap

"Informasi regional sangat penting untuk mempersiapkan diri menghadapi peristiwa ekstrem ini dan menerapkan langkah-langkah adaptasi yang efektif dan berdasarkan sains," tambah salah satu penulis Matt Priestley, juga dari University of Exeter.

Tanpa investasi dalam sistem pemodelan dan pemantauan iklim tingkat lanjut, para pembuat kebijakan dan masyarakat lokal hanya akan menghadapi risiko iklim tanpa informasi yang memadai, yang dapat berujung pada upaya yang tidak memadai atau salah arah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Kombinasi Panel Surya Atap dan Baterai EV Penuhi 85 Persen Listrik Jepang
Kombinasi Panel Surya Atap dan Baterai EV Penuhi 85 Persen Listrik Jepang
Swasta
'Sun Life Volunteer Day' Berikan Edukasi dan Akses Olahraga untuk Generasi Sehat Indonesia
"Sun Life Volunteer Day" Berikan Edukasi dan Akses Olahraga untuk Generasi Sehat Indonesia
Swasta
Agroforestri Efektif Jaga Biodiversitas Hutan Tropis, Gambut, Pesisir
Agroforestri Efektif Jaga Biodiversitas Hutan Tropis, Gambut, Pesisir
LSM/Figur
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Di Barcelona, Indonesia Kenalkan Tuna Ramah Lingkungan pada Dunia
Pemerintah
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Pekerja Disabilitas Baru 0,53 Persen, Silang.id Minta Industri Inklusif
Swasta
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
KG Media Sabet Dua Penghargaan Global INMA Awards 2025, Inovasi Berbasis Nilai dan Keberlanjutan Mendunia
Swasta
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Subsidi 6 Sektor Strategis Picu Masalah Lingkungan, Perlu Transparansi
Pemerintah
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Buang Sampah Sembarangan, DLH Cianjur Terapkan Sanksi Rp 500.000
Pemerintah
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
Perubahan Iklim Bikin Anggur Cepat Matang, Punya Gula Lebih Tinggi
LSM/Figur
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Gelombang Panas Hantam Laut Inggris dan Irlandia, Apa Dampaknya?
Swasta
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
RI-Brasil Kerja Sama Kembangkan Bioenergi hingga Industri Dirgantara
Pemerintah
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C
Pemerintah
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
Profesor IPB Sebut Bakteri Pereduksi Nitrat Mampu Turunkan Emisi GRK
LSM/Figur
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Singa Asia di India Naik Jadi 891 Ekor, Bukti Kesuksesan Konservasi
Pemerintah
'Destination Zero Waste Bali', Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
"Destination Zero Waste Bali", Inisiatif Kolaboratif Kurangi Sampah Plastik di Industri Perhotelan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau