KOMPAS.com - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengembalikan penyebutan tiga lokasi wisata di kawasan tersebut ke nama aslinya.
Upaya itu dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Pengembalian nama disepakati bersama romo dukun dan tokoh masyarakat Tengger.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan, deklarasi pengembalian nama di tiga lokasi wisata dilakukan setelah upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 tahun Republik Indonesia di Laut Pasir Bromo.
Baca juga: 5 Wisata Sekitar Gunung Bromo, Bisa Jadi Pilihan Liburan
"Ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh Kartono dan penandatanganan Deklarasi oleh Plt Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, romo dukun Tengger, tokoh masyarakat Tengger, serta seluruh pejabat administrator," kata Septi, sebagaimana dilansir Antara.
Selain itu, TNBTS bersama pihak terkait juga meresmikan papan tanda yang telah diganti menggunakan nama lokal.
Ia berharap upaya pelestarian budaya ini didukung upaya dari banyak pihak dengan melakukan sosialisasi tiga lokasi itu sesuai dengan nama aslinya.
"Mulai dari instansi pemerintah sampai wisatawan turut mempublikasikan nama lokal tersebut," tuturnya.
Baca juga: Hutan di Kawasan Gunung Bromo Kembali Terbakar, Penyebab Diselidiki
Ketiga nama lokasi wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang dikembalikan ke nama aslinya yakni Bukit Teletubbies, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong.
Bukit Teletubbies dikembalikan menjadi Lembah Watangan.
Septi menuturkan, berdasarkan sejarahnya lokasi itu merupakan dataran rendah yang 1.000 tahun yang lalu ditumbuhi pepohonan vegetasi asli Tengger.
Pepohonan di sana, awalnya dalam kondisi sangat terjaga hingga akhirnya roboh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
"Banyaknya pohon watang yang roboh di lokasi tersebut, maka dinamakan Lembah Watangan," ujar Septi.
Baca juga: Bantengan, Spot Panorama Gunung Bromo yang Dilarang Dijadikan Tempat Kemah
Bukti Cinta dikembalikan sesuai nama aslinya yakni Lemah Pasar.
"Lemah Pasar yang nama aslinya adalah Pasar Agung yang merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan upacara," ucap Septi.
Bukit Kingkong dikembalikan ke nama aslinya yakni Bukit Kedaluh.
Kedaluh berasal dari dua kata bahasa Sansekerta yaitu Kada dan Luh. Kada artinya merindukan dan Luh artinya pemberi hujan atau Dewa Indra.
"Oleh karena itu Kadaluh artinya merindukan pemberi hujan dengan harapan kesuburan untuk wilayah Tengger," jelas Septi.
Baca juga: Gunung Bromo Rentan Kebakaran Hutan, Pengunjung Diimbau Waspada
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya