Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Lokasi Wisata Gunung Bromo Dikembalikan ke Nama Aslinya

Kompas.com - 01/10/2024, 07:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengembalikan penyebutan tiga lokasi wisata di kawasan tersebut ke nama aslinya.

Upaya itu dilakukan sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Pengembalian nama disepakati bersama romo dukun dan tokoh masyarakat Tengger.

Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan, deklarasi pengembalian nama di tiga lokasi wisata dilakukan setelah upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 tahun Republik Indonesia di Laut Pasir Bromo.

Baca juga: 5 Wisata Sekitar Gunung Bromo, Bisa Jadi Pilihan Liburan

"Ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh Kartono dan penandatanganan Deklarasi oleh Plt Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, romo dukun Tengger, tokoh masyarakat Tengger, serta seluruh pejabat administrator," kata Septi, sebagaimana dilansir Antara.

Selain itu, TNBTS bersama pihak terkait juga meresmikan papan tanda yang telah diganti menggunakan nama lokal.

Ia berharap upaya pelestarian budaya ini didukung upaya dari banyak pihak dengan melakukan sosialisasi tiga lokasi itu sesuai dengan nama aslinya.

"Mulai dari instansi pemerintah sampai wisatawan turut mempublikasikan nama lokal tersebut," tuturnya.

Baca juga: Hutan di Kawasan Gunung Bromo Kembali Terbakar, Penyebab Diselidiki

Nama asli

Bukit Teletubbies di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.SHUTTERSTOCK/WISNUPRIYONO Bukit Teletubbies di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur.

Ketiga nama lokasi wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang dikembalikan ke nama aslinya yakni Bukit Teletubbies, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong.

Bukit Teletubbies = Lembah Watangan

Bukit Teletubbies dikembalikan menjadi Lembah Watangan.

Septi menuturkan, berdasarkan sejarahnya lokasi itu merupakan dataran rendah yang 1.000 tahun yang lalu ditumbuhi pepohonan vegetasi asli Tengger.

Pepohonan di sana, awalnya dalam kondisi sangat terjaga hingga akhirnya roboh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

"Banyaknya pohon watang yang roboh di lokasi tersebut, maka dinamakan Lembah Watangan," ujar Septi.

Baca juga: Bantengan, Spot Panorama Gunung Bromo yang Dilarang Dijadikan Tempat Kemah

Bukti Cinta = Lemah Pasar

Bukti Cinta dikembalikan sesuai nama aslinya yakni Lemah Pasar.

"Lemah Pasar yang nama aslinya adalah Pasar Agung yang merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan upacara," ucap Septi.

Bukit Kingkong = Bukit Kedaluh

Bukit Kingkong dikembalikan ke nama aslinya yakni Bukit Kedaluh.

Kedaluh berasal dari dua kata bahasa Sansekerta yaitu Kada dan Luh. Kada artinya merindukan dan Luh artinya pemberi hujan atau Dewa Indra.

"Oleh karena itu Kadaluh artinya merindukan pemberi hujan dengan harapan kesuburan untuk wilayah Tengger," jelas Septi.

Baca juga: Gunung Bromo Rentan Kebakaran Hutan, Pengunjung Diimbau Waspada

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Menhut: Target NDC Perlu Realistis, Ambisius tetapi Tak Tercapai Malah Rugikan Indonesia
Pemerintah
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
Populasi Penguin Kaisar Turun 22 Persen dalam 15 Tahun, Lebih Buruk dari Prediksi
LSM/Figur
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pembukaan Lahan dan Pembangunan Sebabkan Buaya Muncul ke Permukiman
Pemerintah
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Grab Rekrut Ribuan Driver Ojol untuk Sekaligus Jadi Mitra UMKM
Swasta
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Potensi Rumput Laut Besar, tetapi Baru 11 Persen Lahan Budidaya yang Dimanfaatkan
Pemerintah
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Veronica Tan Ingin Jakarta Ramah Perempuan dan Anak
Pemerintah
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BRI Fellowship Journalism 2025 Kukuhkan 45 Jurnalis Penerima Beasiswa S2
BUMN
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Sistem Tanam Padi Rendah Karbon, Apakah Memungkinkan?
Pemerintah
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Emisi Kapal Turun jika Temukan Jalur Pelayaran Baru yang Efisien
Pemerintah
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Kekayaan Sumber Daya di Indonesia: Antara Berkah dan Kutukan
Pemerintah
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Ketidakpastian Ekonomi Hambat Investasi Mineral Kritis
Pemerintah
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pesan dari Raja Ampat untuk Kepulauan Riau: Jangan Gadai Pulau demi Tambang
Pemerintah
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
Negara-negara G7 Diminta Perkuat Rencana Mineral Kritis Berkelanjutan
LSM/Figur
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
Pakai Climate Smart Shrimp, Desa di Donggala Panen Udang hingga 50 Ton
LSM/Figur
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau