Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syamsul Kurniawan
Dosen IAIN Pontianak

Seorang dosen di IAIN Pontianak, yang minat dengan studi interdisipliner terutama dalam kajian sosial keagamaan dan pendidikan karakter.

Batik: Menenun Kesadaran untuk Bumi

Kompas.com - 05/10/2024, 08:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam proses pembuatan batik tradisional, pewarna alami yang diambil dari tanaman dan bahan-bahan organik merupakan salah satu cara untuk menjaga keberlanjutan alam.

Motif-motif yang dipilih pun menggambarkan keseimbangan alam: motif kawung yang merepresentasikan pohon aren, simbol kehidupan yang selalu memberi manfaat bagi lingkungan sekitar; atau motif parang, yang melambangkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Batik mengajarkan kita bahwa alam dan kehidupan adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan.

Namun, seperti tumbler, batik juga terjebak dalam pusaran konsumsi massal. Batik yang dulunya dibuat dengan ketelitian tinggi, kini sering kali dihasilkan secara massal menggunakan teknik printing yang mengabaikan aspek keberlanjutan.

Pola konsumsi berlebihan inilah yang menjadi inti masalah. Kita mengadopsi simbol keberlanjutan, seperti batik dan tumbler, tetapi sering kali gagal memahami makna sejatinya.

Di tengah gempuran krisis lingkungan, Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pencemaran plastik terbesar di dunia.

Lautan kita dipenuhi jutaan ton sampah plastik. Sementara batik, kain tradisional yang menyimpan filosofi tentang harmoni dengan alam, kini lebih sering dipandang sebagai produk komoditas daripada simbol perjuangan lingkungan.

Jika batik bisa menjadi salah satu alat untuk menenun kesadaran tentang pentingnya menjaga Bumi, maka kita harus mulai memikirkan ulang cara kita memproduksi dan mengonsumsinya.

Ketika kita berbicara tentang batik dan keberlanjutan, kita tidak hanya membicarakan tentang penggunaan pewarna alami atau pengurangan limbah dalam proses produksinya.

Kita berbicara tentang cara batik bisa menjadi alat pendidikan ekologis, simbol bagi masyarakat urban untuk kembali memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Seperti yang diajarkan oleh motif-motif batik, manusia dan alam adalah satu kesatuan yang saling bergantung. Setiap kali kita mengenakan batik, kita harus diingatkan akan tanggung jawab kita terhadap alam.

Simfoni gaya hidup urban sering kali terdengar harmonis di permukaan, namun jika kita mendengarkan lebih saksama, ada nada-nada disonansi yang tersembunyi.

Penggunaan tumbler atau mengenakan batik bisa terlihat seperti solusi sederhana untuk krisis lingkungan lebih besar.

Namun jika hanya berhenti pada simbolisme, kita tidak akan pernah mencapai perubahan yang dibutuhkan. Kita memerlukan lebih dari sekadar gaya hidup simbolis; kita memerlukan perubahan struktural dan kebijakan mendalam untuk mengatasi masalah lingkungan ini.

Menenun kesadaran untuk Bumi bukanlah pekerjaan satu hari. Sama seperti proses pembuatan batik yang memerlukan kesabaran, ketelitian, dan kesadaran akan setiap detailnya, begitu pula perjuangan untuk menjaga keberlanjutan Bumi.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau