Batik, dalam hal ini, bisa menjadi simbol dari perjalanan panjang yang harus kita tempuh. Setiap helai benang yang dijalin adalah representasi dari komitmen kita untuk membangun dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Pada akhirnya, batik bukan hanya soal tradisi atau kebanggaan nasional. Ia adalah panggilan untuk bertindak, seruan bagi kita untuk merenungkan kembali bagaimana setiap pilihan yang kita buat—baik dalam cara kita berpakaian, berkonsumsi, atau menjalani hidup—dapat berdampak pada Bumi.
Tumbler telah menjadi simbol gaya hidup urban yang lebih sadar lingkungan, tetapi batik menawarkan sesuatu yang lebih dalam: filosofi tentang keselarasan antara manusia dan alam, sebuah ajakan untuk mulai menenun kembali kesadaran kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem yang kian rapuh.
Mari kita memulai perjalanan ini dengan langkah kecil, tapi berarti. Ketika kita mengenakan batik, mari kita sadari bahwa di balik keindahannya, tersimpan pesan tentang keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap alam.
Batik, dengan segala motifnya yang indah, mengajarkan kita untuk kembali terhubung dengan alam, bukan hanya sebagai sumber daya yang bisa kita eksploitasi, tetapi sebagai sesuatu yang harus kita jaga dan rawat dengan penuh tanggung jawab.
Dengan begitu, batik tidak hanya menjadi simbol identitas budaya, tetapi juga simbol harapan untuk masa depan Bumi yang lebih lestari.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya