KOMPAS.com - Laporan Pemantauan Pendidikan Global terbaru dari badan pendidikan PBB UNESCO menyebut meski telah terjadi kemajuan pendidikan, seperempat miliar anak-anak dan remaja di dunia masih putuh sekolah.
Temuan tersebut mengungkapkan bahwa upaya global untuk memastikan pendidikan universal telah mencapai titik jenuh yang mengkhawatirkan, dengan jumlah penduduk putus sekolah berkurang hanya 1 persen dalam hampir 10 tahun.
Mengutip laman resmi United Nations, Senin (4/11/2024) Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengungkapkan pendidikan adalah pendorong utama masyarakat yang sejahtera, inklusif, dan damai.
Baca juga:
“Namun, pendidikan yang bermutu berisiko menjadi hak istimewa segelintir orang jika kita tidak mengambil langkah serius untuk memberikan setiap anak di seluruh dunia kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang,” katanya.
Pasalnya, kesenjangan pendidikan masih terus ada meski telah terjadi kemajuan dalam pendidikan, di mana 110 juta anak telah masuk sekolah sejak diadopsinya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tentang Pendidikan pada tahun 2015.
Sementara angka anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan pun juga menunjukkan peningkatan, dengan 40 juta lebih anak muda yang menyelesaikan sekolah menengah dibandingkan dengan tahun 2015.
Kesenjangan antara negara kaya dan miskin juga sangat mengkhawatirkan.
Menurut laporan tersebut, di negara-negara berpendapatan rendah, 33 persen anak-anak dan remaja usia sekolah tidak bersekolah.
Sementara di negara-negara berpendapatan tinggi hanya 3 persen anak-anak dan remaja usia sekolah yang tidak bersekolah.
Selain itu laporan juga menyoroti wilayah Afrika sub-Sahara menghadapi tantangan terbesar karena separuh lebih dari semua anak-anak dan remaja putus sekolah di dunia ada di sana.
Laporan UNESCO juga menunjukkan bahwa kurangnya investasi sebagai kendala utama di sektor pendidikan.
Baca juga:
Kesenjangan dalam pengeluaran pendidikan sangat mencolok, dengan laporan tersebut mengungkapkan bahwa negara-negara berpendapatan tinggi menginvestasikan $8.543 per pelajar sementara negara-negara berpendapatan rendah dan menengah hanya mengelola $55 per siswa.
Situasi semakin rumit dengan beban utang. Masih menurut laporan yang sama, negara-negara di Afrika kini menghabiskan dana hampir sama banyaknya untuk membayar utang seperti halnya membelanjakan untuk pendidikan.
Sementara bantuan pendidikan global telah menurun dari 9,3 persen pada tahun 2019 menjadi 7,6 persen pada tahun 2022.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya