Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Penuhi Energi Secara Berkelanjutan untuk Akal Imitasi?

Kompas.com - 25/11/2024, 19:13 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pertumbuhan akal imitasi (Artificial Intelligence/AI) generatif makin bertambah. Perkembangan pesat itu tidak hanya mengubah industri melainkan juga secara signifikan memengaruhi konsumsi energi global.

Pertumbuhan AI generatif membawa pula tantangan kritis dalam peningkatan permintaan energi yang berpotensi bertentangan dengan tujuan perubahan iklim global.

Sebuah laporan terperinci dari Boston Consulting Group (BCG) menganalisis persimpangan antara pertumbuhan generatif AI dan transisi energi yang menyoroti perlunya navigasi yang cermat oleh para pemimpin bisnis untuk menyeimbangkan tren ini.

Baca juga:

Mengutip Sustainability Magazine, Senin (25/11/2024) pengembangan AI generatif telah menyebabkan lonjakan penggunaan energi.

Misalnya saja di Amerika Serikat, permintaan listrik di pusat data diperkirakan meningkat sebesar 15 persen hingga 20 persen setiap tahunnya.

Pada tahun 2030, permintaan itu dapat mencapai 100 hingga 130 gigawatt jam, cukup untuk memberi daya pada dua pertiga dari semua rumah tangga di AS.

Pertumbuhan yang begitu cepat tersebut memberikan tekanan yang cukup besar pada struktur daya yang ada, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan potensi kekurangan pasokan energi yang andal.

Misalnya saja saat AI maju dengan kecepatan tinggi, infrastruktur energi masih tertinggal untuk mengimbangi pertumbuhan tersebut.

Membangun jalur transmisi baru dapat memakan waktu lebih dari satu dekade, jauh lebih lambat daripada penskalaan cepat yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan besar AI.

Alternatif Energi Berkelanjutan

Namun selain kebutuhan akan pasokan energi, pertumbuhan AI ini juga bisa memengaruhi tujuan perubahan iklim global.

Hal ini membuat perusahaan AI harus mencari alternatif energi berkelanjutan.

Dunia teknologi pun menunjukkan minat pada teknologi nuklir sebagai sumber energi hijau untuk operasi AI, melihatnya sebagai solusi yang berpotensi stabil dan dapat diskalakan.

Beberapa perusahaan sudah mulai mengadopsi alternatif energi berkelanjutan.

Contohnya saja kesepakatan 20 tahun Microsoft dengan Constellation Energy untuk memulai kembali operasi di pabrik nuklir Three Mile Island, sebuah inisiatif yang bernilai 1,6 miliar dollar AS.

Baca juga:

Pada saat yang sama, raksasa teknologi seperti Google dan Amazon berinvestasi dalam reaktor modular kecil (SMR), yang menyediakan alternatif energi yang lebih bersih dan dapat ditingkatkan skalanya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau