KOMPAS.com - Laporan PBB memperingatkan perubahan iklim telah menyebabkan tiga perempat daratan (77,6 persen) di Bumi menjadi kering permanen dalam tiga dekade terakhir.
Laporan dari UN Convention to Combat Desertification ((UNCCD) ini pun menyebut jika tren ini berlanjut, sebanyak lima miliar orang dapat terkena dampaknya pada 2100.
Ini lantaran mereka harus hidup di daerah kering yang menyebabkan tanah berkurang, sumber daya air menyusut, dan ekosistem vital runtuh.
Baca juga: Perubahan Iklim Ancam Pasokan Pangan Global
"Untuk pertama kalinya, krisis kekeringan telah didokumentasikan dengan kejelasan ilmiah, yang mengungkap ancaman eksistensial yang memengaruhi miliaran orang di seluruh dunia," kata Ibrahim Thiaw, sekretaris eksekutif UNCCD, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Live Science, Rabu (11/12/2024).
"Iklim yang lebih kering yang memengaruhi daratan luas di seluruh dunia tidak akan kembali seperti semula dan perubahan tersebut mendefinisikan ulang kehidupan di Bumi," katanya lagi.
Perubahan iklim menyebabkan suhu meningkat di seluruh dunia, air menguap lebih mudah dari permukaannya, dan atmosfer memperoleh kapasitas yang semakin meningkat untuk menyerapnya.
Hal ini mendorong sebagian besar planet ini ke dalam kondisi yang semakin kering.
Secara permanen mengubah hutan yang dulunya hijau menjadi padang rumput kering dan menghilangkan kelembapan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan pertanian.
Meskipun menjadi perhatian yang berkembang di kalangan ilmuwan, mendokumentasikan tingkat pengeringan planet akibat perubahan iklim telah menjadi tantangan.
Pasalnya sebagian besar arena kompleksitas faktor yang saling terkait, hasil yang saling bertentangan, dan efek kehati-hatian ilmiah yang membingungkan.
Untuk mengatasinya, peneliti kemudian menggunakan model iklim tingkat lanjut, metodologi standar, dan tinjauan ekstensif terhadap literatur dan data yang ada untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tren pengeringan yang terus meningkat.
Penelitian lantas menemukan kekeringan memengaruhi 40 persen lahan pertanian dunia dan 2,3 miliar orang, menyebabkan kebakaran hutan yang makin intensif, memperburuk pertanian, dan memacu migrasi massal.
Baca juga: Sepertiga Spesies di Bumi Bisa Punah pada 2100 jika Perubahan Iklim Tak Diatasi
Daerah yang paling terdampak parah meliputi hampir seluruh Eropa, Amerika Serikat bagian barat, Brasil, Asia timur, dan Afrika tengah.
Namun jika tindakan segera diambil, peneliti menyebut masa depan tidak akan terlihat begitu suram.
Selain mengurangi emisi karbon secara drastis untuk menghentikan tren kekeringan, solusi juga mencakup peningkatan pemantauan kekeringan, penggunaan lahan dan air yang lebih baik, serta pembinaan ketahanan dan kerja sama di dalam dan di antara masyarakat di seluruh dunia.
"Tanpa upaya bersama, miliaran orang menghadapi masa depan yang ditandai oleh kelaparan, pengungsian, dan kemerosotan ekonomi," kata Barron Orr, kepala ilmuwan UNCCD.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya