BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Milo

Langkah Kecil di Rumah, Kurangi Sampah Plastik Bersama Anak untuk Masa Depan

Kompas.com - 11/12/2024, 14:16 WIB
Anissa Dea Widiarini,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai orangtua, masa depan anak merupakan prioritas nomor satu. Namun, tahukah Anda bahwa plastik yang digunakan sehari-hari bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan mereka di masa depan?

Dikutip dari jurnal Nature, Senin (9/9/2024), penduduk dunia membuang sekitar 52,1 juta metrik ton sampah plastik ke lingkungan setiap tahun. Sampah ini mencemari lautan terdalam, puncak gunung tertinggi, hingga berpotensi masuk ke tubuh manusia.

Indonesia, masih dari penelitian tersebut, menjadi negara penyumbang polusi plastik terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Nigeria. 

Salah satu limbah plastik yang mencemari lingkungan adalah sedotan plastik. Meski berbentuk kecil, sedotan plastik telah lama mencemari lingkungan, termasuk perairan laut. 

Baca juga: Peduli Lingkungan Mulai dari Mengganti Sedotan Plastik

Diberitakan Kompas.com, Rabu (17/4/2024), sampah sedotan plastik Indonesia mencapai 93 juta ton per tahun. Sampah plastik jenis ini membutuhkan waktu yang lama untuk terurai sempurna.

Selain butuh waktu lama, mikroplastik yang hasil uraian sampah plastik tersebut ternyata masih bisa menempel pada menempel di tubuh hewan, bahkan tertelan. 

Berita baiknya, ada banyak cara sederhana untuk mulai mengurangi sampah plastik. Dengan melibatkan seluruh keluarga, termasuk anak-anak, orangtua bisa menanamkan kebiasaan baik yang berdampak besar bagi keberlanjutan lingkungan dari rumah.

Berikut adalah beberapa cara mudah untuk mengajarkan anak peduli lingkungan sejak dini. 

1. Diskusikan dampak sampah plastik secara sederhana

Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan anak-anak tentang keberlanjutan lingkungan adalah dengan memperkenalkan dampak sampah plastik secara menarik dan mudah dipahami. 

Anda bisa mengajak anak membayangkan bahwa sampah sedotan plastik bisa termakan oleh penyu yang mengira itu makanan. Penyu itu bisa sakit atau bahkan mati.

Anda bisa juga mengajak anak berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan sederhana, seperti “Jika sedotan plastik ini sampai ke laut dan termakan penyu, apa yang terjadi dengannya? Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu hewan-hewan di laut?”.

Baca juga: Dunia Diprediksi Tak Mampu Tanggulangi Sampah Plastik dalam 10 Tahun Lagi

Bisa pula dengan mengajak menonton video atau gambar edukatif tentang hewan dan perairan laut yang tercemar sampah plastik.

Cari video pendek yang sesuai untuk anak-anak, seperti animasi yang menjelaskan perjalanan sampah plastik hingga mencemari laut dan termakan hewan laut karena salah mengira plastik sebagai makanan.

2. Berikan contoh nyata

Anak-anak belajar dengan melihat yang dilakukan orang-orang terdekatnya, termasuk orangtua. Oleh karena itu, orangtua perlu memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam menjaga lingkungan. 

Saat membeli jajanan di luar rumah, misalnya, Anda bisa menunjukkan kepada anak untuk menggunakan sedotan kertas ketimbang sedotan plastik. Jelaskan pula bahwa satu sedotan plastik yang dibuang bisa bertahan ratusan tahun di tanah dan lautan.

Contoh nyata lain bisa dimulai dari rutinitas sederhana di rumah, seperti mengajarkan anak memisahkan sampah untuk didaur ulang. 

Baca juga: Selain Setop Impor Sampah Plastik, Pemerintah Bakal Perketat Impor Sampah Kertas

Anda bisa membuat tempat sampah khusus untuk plastik, kertas, dan organik. Kemudian, ajak anak membantu memilah sampah sambil menjelaskan alasan sampah harus didaur ulang.

3. Libatkan anak dalam pilihan sehari-hari

Pelibatan anak dalam pemilihan produk yang digunakan sehari-hari bisa menjadi cara efektif untuk mengajarkan mereka tentang kepedulian terhadap lingkungan. 

Misalnya, saat sedang mempersiapkan bekal anak, libatkan mereka dengan mengatakan, "Kita pakai kotak bekal ini supaya tidak perlu membuang bungkus plastik setiap hari. Ini bisa membantu Bumi, lho!"

Contoh lain, ketika berbelanja, Anda bisa bertanya kepada anak, "Menurut kamu, mana yang lebih baik untuk lingkungan: produk minuman dengan sedotan plastik atau sedotan kertas?"

Pertanyaan sederhana seperti itu bisa menjadi langkah awal untuk memperkenalkan kepada anak bahwa pilihan mereka sehari-hari dapat berdampak besar bagi lingkungan. 

Baca juga: Jika Dirangkai, Produksi Sampah Sedotan Plastik Indonesia Jaraknya dari Jakarta ke Meksiko

Salah satu keputusan yang bisa Anda buat bersama anak adalah memilih produk yang mendukung keberlanjutan, seperti MILO yang telah menggunakan sedotan kertas. 

Langkah kecil itu bisa memberikan contoh langsung kepada anak tentang keputusan yang mereka buat dapat membantu menjaga bumi. 

Sebagai informasi, penggantian sedotan plastik ke sedotan kertas di minuman MILO merupakan bagian dari inisiatif MILO Pilih Hijau untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.

Langkah itu tidak hanya membantu mengurangi limbah plastik, tetapi juga memberikan inspirasi kepada generasi muda untuk memulai kebiasaan baik yang mendukung masa depan bumi. 

Adapun kampanye "MILO Pilih Hijau” bertujuan untuk menginspirasi future champions, yaitu anak-anak yang akan menjadi pemimpin masa depan, agar lebih peduli terhadap lingkungan dan berperan aktif dalam mengurangi sampah plastik.

Kampanye MILO Pilih Hijau mengusung tiga pilar utama yang mencakup manusia dan Bumi. Pertama, berkolaborasi untuk mengurangi sampah plastik dengan beralih ke kemasan yang berkelanjutan, yakni menggunakan sedotan kertas. 

Baca juga: Seduh Milo dengan Cara Baru, Berikut Resep Lengkapnya

Kedua, menangani perubahan iklim dengan tujuan mencapai nol emisi gas rumah kaca. Sebab, energi hijau merupakan energi yang baik. Ketiga, mendorong future champions untuk berpartisipasi dalam gerakan daur ulang. 

Versi terbaru sedotan kertas MILO

Sebagai bagian dari kampanye MILO Pilih Bumi, MILO memperkenalkan versi terbaru sedotan kertasnya yang lebih ramah lingkungan. 

Sedotan kertas MILO terbaru memiliki sejumlah keunggulan, yakni lebih kuat, tidak mengubah rasa minuman, tidak mudah lembek, dan telah melalui empat kali pengembangan. 

Dengan penggunaan sedotan kertas tersebut, MILO sudah berkontribusi dalam mengurangi lebih dari 300 juta sedotan plastik atau setara dengan 93.000 kg plastik per tahun. Angka ini juga setara dengan 155.000 bola basket, 200.000 buku, 9 juta pensil, dan 1.000 sepeda. 

MILO pun memastikan bahwa meskipun menggunakan sedotan kertas, pengalaman minum MILO tetap menyenangkan. Tipnya, jangan gigit sedotan kertas ketika digunakan, jangan diputar terlalu keras, dan segera habiskan minuman sesudah dibuka. 

Dengan menggunakan produk yang ramah lingkungan, seperti sedotan kertas MILO, Anda tidak hanya memberikan energi bagi anak-anak untuk beraktivitas, tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan berkontribusi dalam menjaga bumi.

Yuk, jaga keberlanjutan lingkungan mulai dari langkah-langkah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan dukung kampanye MILO Pilih Hijau. 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau