Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Ancam Pasokan Pangan Global

Kompas.com, 7 Desember 2024, 18:30 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Seiring dengan percepatan perubahan iklim, para ilmuwan memberikan peringatan tentang dampaknya yang berpotensi menghancurkan pasokan pangan dunia.

Tim peneliti internasional tersebut dalam studinya menyebut tanpa perubahan cepat dalam cara mengembangkan tanaman yang tahan terhadap iklim, kita dapat menghadapi kekurangan pangan yang meluas dan menyebabkan kelaparan, migrasi massal, dan ketidakstabilan global.

"Kita sedang berpacu dengan waktu. Tanaman yang kita andalkan untuk makanan semakin berjuang untuk bertahan hidup dari cuaca ekstrem, mulai dari gelombang panas hingga kekeringan dan banjir," kata Silvia Restrepo, dari Boyce Thompson Institute (BTI), New York AS.

Baca juga:

"Sementara itu, pendekatan yang kita lakukan saat ini untuk mengembangkan tanaman menjadi lebih tangguh tidak berjalan cukup cepat," paparnya lagi.

Seperti dikutip dari Phys, Sabtu (7/12/2024) tanaman juga tidak hanya berjuang melawan suhu yang lebih tinggi tetapi juga menghadapi wabah hama dan penyakit yang lebih sering terjadi.

Bahkan ketika tanaman bertahan hidup dari tantangan ini, perubahan iklim dapat mengurangi nilai gizinya.

Sedangkan pertanian sendiri berkontribusi terhadap sekitar 26 persen emisi gas rumah kaca global, sehingga menciptakan lingkaran setan.

Rekomendasi Solusi

Peneliti dalam studinya kemudian menguraikan rekomendasi solusi untuk mengatasi krisis tersebut, yaitu menciptakan inisiatif penelitian global yang mempertemukan para ilmuwan dari negara maju dan berkembang untuk berbagi sumber daya dan keahlian

Lainnya adalah mempelajari tanaman dalam kondisi dunia nyata, bukan hanya di laboratorium yang terkontrol, membangun kemitraan yang lebih kuat antara ilmuwan laboratorium dan petani, membangun kepercayaan publik dan penerimaan terhadap teknologi pengembangan tanaman baru.

Kemudian menyederhanakan peraturan untuk mempercepat penerapan solusi inovatif.

Lebih lanjut, meski pertanian berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia, hanya sekitar 4 persen dari pendanaan iklim global atau sekitar 35 miliar dollar per tahun yang digunakan untuk mengembangkan sistem pangan yang tahan terhadap iklim.

Baca juga:

Yang lebih memprihatinkan, sebagian besar penelitian ini berfokus pada pertanian skala besar di negara maju, meninggalkan pertanian skala kecil dan negara berkembang.

"Kita perlu memikirkan kembali sepenuhnya cara kita menghadapi tantangan ini," ungkap Andrew Nelson, penulis lain dalam studi.

"Daripada memulai di laboratorium dan berharap solusinya berhasil di lapangan, kita harus mulai dengan memahami tantangan nyata petani di dunia nyata dan kemudian bekerja mundur untuk mengembangkan solusi praktis," tambahnya.

Para peneliti menekankan bahwa keberhasilan akan membutuhkan kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara ilmuwan, petani, pembuat kebijakan, dan masyarakat.

Mereka juga menekankan pentingnya membuat teknologi baru dapat diakses oleh semua wilayah, khususnya di belahan bumi selatan, tempat dampak iklim sering kali terasa paling parah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Tingkatkan Produktivitas Lahan, IPB Latih Petani Kuasai Teknik Agroforestri
Pemerintah
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
Desa Utak Atik di Serangan Bali Hadirkan Inovasi Lampu Nelayan hingga Teknologi Hijau
LSM/Figur
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pasca-Siklon Senyar, Ilmuwan Khawatir Populasi Orangutan Tapanuli Makin Terancam
Pemerintah
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Adaptasi Perubahan Iklim, Studi Temukan Beruang Kutub Kembangkan DNA Unik
Pemerintah
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Permintaan Meningkat Tajam, PBB Peringatkan Potensi Krisis Air
Pemerintah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Bibit Siklon Tropis Terpantau, Hujan Lebat Diprediksi Landa Sejumlah Wilayah
Pemerintah
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
Masyarakat Adat Terdampak Ekspansi Sawit, Sulit Jalankan Tradisi hingga Alami Kekerasan
LSM/Figur
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
Limbah Cair Sawit dari RI Diterima sebagai Bahan Bakar Pesawat Berkelanjutan
LSM/Figur
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
BRIN Catat Level Keasaman Laut Paparan Sunda 2 Kali Lebih Cepat
Pemerintah
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
Belajar dari Sulawesi Tengah, Membaca Peran Perempuan Ketika Bencana Menguji
LSM/Figur
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
ILO Dorong Literasi Keuangan Untuk Perkuat UMKM dan Pekerja Informal Indonesia
Pemerintah
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
ULM dan Unmul Berkolaborasi Berdayakan Warga Desa Penggalaman lewat Program Kosabangsa
Pemerintah
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
PLTS 1 MW per Desa Bisa Buka Akses Energi Murah, tapi Berpotensi Terganjal Dana
LSM/Figur
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
Bulu Babi di Spanyol Terancam Punah akibat Penyakit Misterius
LSM/Figur
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
Studi Iklim 2024 Direvisi, tapi Prediksi Dampak Ekonomi Global Tetap Parah
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau