Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Kaya dan Kepulauan Saling Tuding soal Biang Kerok Perubahan Iklim

Kompas.com - 18/12/2024, 12:14 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sidang bersejarah di Mahkamah Internasional atau International Court of Justice (ICJ) telah berakhir. Persidangan ini akan memutuskan perselisihan terkait tanggung jawab negara-negara atas perubahan iklim.

Mengutip Reuters, Rabu (18/12/2024), selama dua pekan negara-negara kepulauan kecil yang rentan terhadap dampak perubahan iklim mendesak negara kaya mengatasi kerusakan alam yang ditimbulkan.

Sementara perwakilan negara-negara kaya menilai, Perjanjian Paris harus menjadi dasar untuk memutuskan tanggung jawab tersebut.

Baca juga: Bagaimana Olahraga Musim Dingin Beradaptasi dengan Perubahan Iklim?

"Kita sudah banyak mendengar tentang Perjanjian Paris sebagai solusinya, tetapi alasan mengapa negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim harus menghadapi pengadilan adalah karena Perjanjian Paris telah gagal," ujar pengacara yang mewakili negara kepulauan Payam Akhavan.

Dia menjelaskan, negara-negara berkembang dan negara kepulauan kecil berupaya menekan emisi. Karenanya, mereka juga ingin mengatur dukungan finansial dari negara-negara kaya penghasil polusi.

Adapun keputusan ICJ diumumkan pada 2025, dan dapat menjadi panduan bagi setiap negara dalam menghadapi krisis iklim.

Hampir 100 negara dan organisasi terlibat dalam sidang tersebut Negara kepulauan kecil menjadi pelopor upaya agar Majelis Umum PBB meminta pendapat penasihat dari ICJ.

Pengadilan PBB ini juga akan menentukan apakah negara-negara besar yang paling berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, harus bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan pada negara-negara kepulauan kecil.

Pendapat ICJ sendiri tidak mengikat, namun memiliki bobot hukum dan politik. Para ahli menyebut, pendapat pengadilan tentang perubahan iklim dapat menjadi preseden dalam gugatan hukum terkait perubahan iklim di pengadilan dari Eropa hingga Amerika Latin dan sekitarnya.

Baca juga: Harga Bahan Makan di RI Diprediksi Naik 59 Persen karena Perubahan Iklim

"Kekuatan opini ICJ tidak hanya terletak pada penegakannya secara langsung, tetapi juga pada pesan dan panduan yang jelas yang akan dikirimkannya ke banyak pengadilan di seluruh dunia yang tengah berseteru soal penanganan darurat iklim dan perbaikannya," ucap Direktur Program Iklim & Energi di Pusat Hukum Lingkungan Internasional Nikki Reisch.

Di sisi lain, negara penghasil emisi terbesar di dunia yanni Amerika Serikat dan China, bersama dengan Arab Saudi serta beberapa anggota Uni Eropa berpendapat bahwa perjanjian dari negosiasi perubahan iklim PBB yang sebagian besar tidak mengikat, harus menjadi tolok ukur dalam menentukan kewajiban negara.

"Chiba berharap pengadilan akan menegakkan mekanisme negosiasi perubahan iklim PBB sebagai saluran utama untuk tata kelola iklim global," tutur Penasihat Hukum Kementerian Luar Negeri China Ma Xinmin.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Aksi Coldplay, Sulap Sampah Plastik Sungai Jadi Piringan Hitam Vinil
Aksi Coldplay, Sulap Sampah Plastik Sungai Jadi Piringan Hitam Vinil
Pemerintah
WITS Group dan ITPLN Kolaborasi Kembangkan Teknologi AI untuk Ubah Sampah Jadi Energi
WITS Group dan ITPLN Kolaborasi Kembangkan Teknologi AI untuk Ubah Sampah Jadi Energi
Swasta
Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil
Perubahan Iklim Pengaruhi Kesehatan Ibu Hamil
Pemerintah
Germany Brilliant Fasilitasi 5 Saung Kamar Mandi di Baduy Luar
Germany Brilliant Fasilitasi 5 Saung Kamar Mandi di Baduy Luar
Swasta
Bank Sampah di Yogyakarta Buat Insinerator Sederhana dari Batu Bata
Bank Sampah di Yogyakarta Buat Insinerator Sederhana dari Batu Bata
LSM/Figur
Menteri LH: Mangrove dan Gambut Jadi Kunci Pangkas Emisi
Menteri LH: Mangrove dan Gambut Jadi Kunci Pangkas Emisi
Pemerintah
Para Perempuan Baja dari Pelosok Sumba yang Lahir Berkat PLTS
Para Perempuan Baja dari Pelosok Sumba yang Lahir Berkat PLTS
LSM/Figur
Afrika Terancam Krisis Gizi karena Rencana Pemotongan Anggaran Inggris
Afrika Terancam Krisis Gizi karena Rencana Pemotongan Anggaran Inggris
Pemerintah
Bank Capital Awali Transaksi REC di ICDX, Beli 2.098 MWh Energi Hidro
Bank Capital Awali Transaksi REC di ICDX, Beli 2.098 MWh Energi Hidro
Swasta
Studi: Pria Hasilkan Emisi Lebih Tinggi, Mobil dan Daging Sebabnya
Studi: Pria Hasilkan Emisi Lebih Tinggi, Mobil dan Daging Sebabnya
LSM/Figur
BRIN: Perubahan Iklim Picu Peningkatan Sebaran Penyakit Menular
BRIN: Perubahan Iklim Picu Peningkatan Sebaran Penyakit Menular
Pemerintah
Ramai Grup 'Fantasi Sedarah', BKKBN Gencarkan Edukasi ke Sekolah dan Masyarakat
Ramai Grup "Fantasi Sedarah", BKKBN Gencarkan Edukasi ke Sekolah dan Masyarakat
Pemerintah
Apakah Kredit Karbon Hutan Berfungsi dan Membantu Lingkungan?
Apakah Kredit Karbon Hutan Berfungsi dan Membantu Lingkungan?
Pemerintah
Kebutuhan Listrik Naik, Emisi Turun: Energi Bersih Ubah Wajah Tiongkok
Kebutuhan Listrik Naik, Emisi Turun: Energi Bersih Ubah Wajah Tiongkok
Pemerintah
Sektor Swasta Nilai Permen ESDM No.5/2025 Dukung Percepatan Investasi Energi Baru Terbarukan
Sektor Swasta Nilai Permen ESDM No.5/2025 Dukung Percepatan Investasi Energi Baru Terbarukan
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau