Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Aksi Serius, Rob Masih Bakal Hantui Jakarta pada 2025

Kompas.com, 27 Desember 2024, 15:37 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir rob masih akan menghantui kawasan pesisir utara Jakarta tahun 2025 jika aksi serius tak dilakukan.

Rob diakibatkan fenomena pasang maksimum air laut bersamaan dengan fase bulan baru yang berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan memprakirakan bahwa banjir rob akan terjadi di awal tahun. Wilayah Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, Kalibaru, Muara Angke, dan Kepulauan Seribu berpotensi alami rob pada 26 Desember 2024-3 Januari 2025.

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga menjelaskan, banjir rob juga disebabkan kenaikan muka air laut sekitar 2-4 sentimeter (cm) per tahunnya yang dipicu oleh pencairan es di kutub.

"Penyebab (banjir rob) karena penurunan tanah 8-20 cm per tahun karena lapisan tanah aluvial di wilayah utara Jakarta yang memadat secara alami dalam ratusan tahun," ungkap Nirwono saat dihubungi, Jumat (27/12/2024).

"Tetapi dipercepat karena pengambilan air tanah yang tidak terkendali, dan beban infrastruktur di sepanjang pesisir utara tersebut," imbuh dia.

Baca juga: Cegah Abrasi, Restorasi Mangrove di Demak Segera Dilakukan 

Sebelumnya, pemerintah berencana membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall untuk mencegah tenggelamnya kawasan pesisir.

Giant sea wall adalah proyek pembangunan yang dirancang untuk melindungi kawasan pesisir dari ancaman banjir rob, gelombang pasang, hingga kenaikan muka air laut.

Di Jakarta, giant sea wall merupakan bagian dari proyek pengelolaan udara terpadu yang dikenal dengan sebutan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).

Namun, menurut Nirwono, pembangunan tanggul laut raksasa hanya berfungsi menahan air laut ke daratan sementara. Tanggul ini tidak membebaskan pesisir dari banjir rob.

"Proses kenaikan air laut juga memaksa dinding tanggul suatu saat harus ditinggikan, sementara permukaan tanah turun terus," jelas Nirwono.

Akibatnya, tanggul laut raksasa harus selalu dipelihara setiap tahunnya agar tidak retak ataupun jebol. Selain itu, pemerintah perlu menaikkan ketinggian tanggul laut raksasa seiring dengan meningkatnya kenaikan air laut.

"Ini yang membuat biaya penanganan dan pemeliharaannya membutuhkan dana besar dan mahal. Dalam jangka panjang yang akan membebani APBN dan APBD Jakarta ke depan," ucap Nirwono.

Baca juga: Hutan Mangrove Lindungi Pesisir dari Tsunami, Tapi Terancam Hilang 

Penanganan Banjir Rob

Nirwono membeberkan sejumlah langkah strategis untuk mengatasi permasalahn banjir rob di wilayah pesisir.

Pemerintah dinilai perlu merelokasi warga yang terdampak banjir rob ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) terdekat.

Jika belum tersedia, pemerintah dapat membangun rusunawa di atas lahan kantor kelurahan, kecamatan, puskesmas, pasar, atau sekolah.

Lahan yang dikosongkan dari permukiman bisa dijadikan ruang terbuka hijau dengan penanaman mangrove, untuk menahan limpasan air laut.

"Untuk mengimbangi giant sea wall di sepanjangan pesisir utara sejauh 32 km, target penanaman mangrove minimal 1 km per tahun," ungkap dia.

Kemudian, percepatan pembangunan jaringan perpipaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) harus memprioritaskan wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur bagian utara. Targetnya, mencapai 100 persen SPAM hingga 2030.

"Diiringi penerapan peraturan zona larangan pengambilan air tanah secara bertahap bagi kawasan industri, gedung perkantoran dan hotel serta pusat perbelanjaan, terakhir ke tingkat runah tangga untuk memperlambat proses penurunan tanah," papar Nirwono.

Langkah-langkah tersebut harus diambil jika Jakarta ingin mulai dibebaskan dari rob tahun 2025 mendatang. 

Baca juga: Komitmen Selamatkan Ekosistem Pesisir, Bulog Tanam 570 Mangrove di Bali

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau