KOMPAS.com - Hutan mangrove memiliki fungsi ekologi dan fisik yang penting.
Selain menjaga keanekaragaman hayati, kumpulan pohon dan semak di area pasang surut di sepanjang pantai tropis dan subtropis tersebut ternyata berperan sebagai penghalang atau penyangga antara daratan dan laut.
Dengan begitu, keberadaan mangrove dapat melindungi zona pesisir daratan dari potensi bencana laut, termasuk tsunami.
Tsunami adalah gelombang panjang yang dihasilkan oleh peristiwa geologi besar, termasuk gempa bumi bawah laut, tanah longsor, dan letusan gunung berapi, yang dengan cepat membanjiri garis pantai dan masyarakat pesisir yang hidup berdekatan.
Baca juga: Mangrove Perlu Dirawat Minimal 2 Tahun Sejak Ditanam, Mengapa?
Dikutip dari Access Science, Kamis (26/12/2024) mangrove telah beradaptasi dengan lingkungan pasang surut dan mampu menahan gelombang tinggi seperti tsunami.
Spesies mangrove tertentu dapat menghalangi atau menyangga gelombang melalui batang dan akar udaranya, yang tingginya dapat mencapai 30 m.
Sayangnya, peran mangrove sebagai penghalang tidak selalu dihargai dan makin banyak wilayahnya yang terdegradasi.
Hal ini pun berimbas pada wilayah pesisir, terutama di Asia Tenggara, yang lebih rentan terhadap dampak tsunami.
Penelitian yang menganalisis dampak tsunami pada wilayah garis pantai menemukan bahwa mangrove yang mengalami berbagai jenis degradasi ekologi kurang tahan dibandingkan mangrove yang masih belum tersentuh.
Penelitian tersebut dilakukan setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 di wilayah Indonesia, Thailand, Sri Lanka, dan India, serta menewaskan lebih dari 230.000 orang.
Peneliti di Kepulauan Andaman di Samudra Hindia menemukan, daerah dengan hutan mangrove yang masih asli, hanya 7 persen desa terkena tsunami yang rusak parah.
Sebaliknya, di daerah yang hutan mangrove-nya terdegradasi, kehancuran desa mencapai 80-100 persen.
Aktivitas Manusia
Hilangnya banyak habitat mangrove ini terutama akibat aktivitas manusia. Misalnya, penggundulan hutan, reklamasi lahan untuk usaha pariwisata, dan fragmentasi akibat urbanisasi.
Baca juga: Hutan Bakau Hemat Penanganan Banjir Global 855 Miliar Dollar AS
Melansir Guardian, analisis oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat setengah dari seluruh hutan mangrove dunia terancam hilang.
Hutan mangrove di India selatan, Sri Lanka, dan Maladewa yang paling berisiko.
Menurut IUCN, sekitar 15 persen garis pantai dunia ditutupi oleh hutan mangrove. Tetapi, penelitian tersebut menemukan bahwa hutan mangrove semakin terancam oleh naiknya permukaan air laut, pertanian, pembangunan di sepanjang garis pantai, polusi seperti tumpahan minyak, dan konsekuensi pembangunan bendungan.
“Ekosistem mangrove luar biasa dalam kemampuannya untuk menyediakan layanan penting bagi manusia, termasuk pengurangan risiko bencana pesisir, penyimpanan dan penyerapan karbon, dan dukungan untuk perikanan," ungkap Angela Andrade, ketua komisi IUCN.
"Hilangnya hutan mangrove akan menjadi bencana bagi alam dan manusia di seluruh dunia,” katanya lagi.
Baca juga: Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya