Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Dorong Inklusivitas, BAKTI Komdigi dan Paradifa Berkolaborasi untuk Ubah Perspektif Penyandang Disabilitas di Dunia Kerja

Kompas.com, 27 Desember 2024, 11:03 WIB
Rafa Zahra Atifa,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Kesadaran akan inklusivitas di berbagai sektor kehidupan semakin meningkat. Salah satu sektor yang mulai mendapatkan perhatian khusus adalah dunia kerja.

Saat ini, banyak organisasi dan perusahaan berusaha untuk menciptakan lingkungan ramah bagi semua individu. Meski ada kemajuan, banyak tantangan masih belum terselesaikan saat menciptakan tempat kerja inklusif, terutama bagi penyandang disabilitas.

Para penyandang disabilitas sering kali menghadapi hambatan yang tidak bisa dirasakan orang kebanyakan di lingkungan kerja, salah satunya dalam hal aksesibilitas.

Hal itu terlihat melalui bangunan yang hanya mementingkan estetika dan tidak ramah disabilitas. Selain itu, hambatan non-fisik, seperti kebijakan atau stigma di tempat kerja, pun masih sulit untuk dihilangkan.

Padahal, aksesibilitas di tempat kerja bukan hanya soal fasilitas fisik, melainkan juga budaya yang mendukung, seperti pelatihan inklusif, komunikasi jelas, dan peluang setara.

Beberapa tantangan itu sering kali disebabkan oleh kekurangan pemahaman atau informasi dalam menyusun kebijakan yang mendukung penyandang disabilitas sehingga solusi praktis sulit diterapkan.

Untuk mendukung inklusivitas dan kesetaraan kesempatan kerja, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) dengan Yayasan Paradifa Prama Indonesia bekerja sama menyelenggarakan seminar “Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas”.

Seminar tersebut merupakan bagian dari peringatan Hari Disabilitas Internasional 2024 di South Quarter, Jakarta Selatan, Sabtu (14/12/2024).

Seminar ?Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas? dihadiri oleh narasumber dari Kemenaker, BRIN, Grab Indonesia, dan Yayasan Berdaya Menembus Batas.Dok. Paradifa Seminar ?Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas? dihadiri oleh narasumber dari Kemenaker, BRIN, Grab Indonesia, dan Yayasan Berdaya Menembus Batas.

Penyelenggaraan seminar itu dilakukan untuk menguatkan komitmen BAKTI Komdigi dalam melakukan pemerataan akses teknologi dan informasi serta mendorong penciptaan lingkungan kerja yang inklusif dan berkeadilan bagi penyandang disabilitas.

Pada acara tersebut, beberapa narasumber hadir untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait aksesibilitas kerja bagi penyandang disabilitas dari berbagai sudut pandang.

Narasumber itu meliputi perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Gati Gayatri, MA yang memaparkan tantangan ilmiah, Perwakilan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) Amanda Yulina yang menjelaskan tentang kebijakan pemerintah, perwakilan Grab Indonesia Fransisca Febriani yang membahas peran sektor swasta, serta perwakilan Yayasan Berdaya Menembus Batas Yesaya Rapha yang memberikan contoh program pemberdayaan.

Untuk memaksimalkan penyebaran informasi, acara tersebut mengundang banyak pihak dari berbagai latar belakang, mulai dari pemerintah, perusahaan, organisasi penyandang disabilitas, hingga mahasiswa.

Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Paradifa Indonesia Echi Pramitasari mengatakan bahwa seminar itu merupakan langkah awal dalam mendorong perubahan positif di dunia kerja.

“Kami berharap, seminar ini bisa membuka ruang diskusi konstruktif, memunculkan ide-ide baru, dan mempererat sinergi lintas sektor untuk mewujudkan lingkungan kerja yang lebih inklusif,” ujar Echi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (24/12/2024).

Seminar ?Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas? juga disiarkan melalui Zoom Meeting.Dok. Paradifa Seminar ?Aksesibilitas Kerja untuk Penyandang Disabilitas? juga disiarkan melalui Zoom Meeting.

Direktur Utama BAKTI Komdigi dan sponsor utama acara Fadhilah Mathar mengatakan bahwa aksesibilitas kerja bagi penyandang disabilitas menjadi isu yang tidak hanya membutuhkan perhatian, tetapi juga aksi nyata dari semua pihak.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang


Terkini Lainnya
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Tuntaskan Program KMG-SMK, BNET Academy Dorong Penguatan Kompetensi Guru Vokasi
Swasta
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Harapan Baru, Peneliti Temukan Cara Hutan Tropis Beradaptasi dengan Iklim
Pemerintah
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
Jutaan Hektare Lahan Sawit di Sumatera Berada di Wilayah yang Tak Layak untuk Monokultur
LSM/Figur
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Industri Olahraga Global Bisa Jadi Penggerak Konservasi Satwa Liar
Swasta
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
FAO: Perluasan Lahan Pertanian Tidak Lagi Memungkinkan
Pemerintah
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Banjir Sumatera Disebabkan Kerusakan Hutan, Anggota DPR Ini Minta HGU Ditiadakan
Pemerintah
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
Pupuk Indonesia: Jangan Pertentangkan antara Pupuk Organik dan Kimia
BUMN
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
PLN Kelebihan Pasokan, Proyek WtE Dikhawatirkan Hanya Bakar Uang
LSM/Figur
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Ekonomi Hijau Diprediksi Capai 7 Triliun Dolar AS per Tahun pada 2030
Pemerintah
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Skema Return dan Reuse Disebut Bisa Kurangi Polusi Plastik dalam 15 Tahun
Pemerintah
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
Ketika Anak-anak Muda Mulai Berinisiatif untuk Lestarikan Lingkungan...
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau