Eddy menuturkan, cairan soda api yang telanjur masuk ke tanah perlu penanganan khusus dan serius mengingat kompleksitasnya.
Pasalnya, cairan soda api yang tumpah ke tanah bisa mengendap sangat lama hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan lebih dari lima tahun.
Dia menyarankan pemerintah setempat atau dinas lingkungan hidup setempat untuk melakukan monitoring, salah satunya dengan sumur pantau.
Baca juga: DLH Ungkap Cairan Kimia yang Banjiri Jalan di Bandung Barat: Soda Api
Selain itu, dampak terhadap lingkungan sekitar akibat pencemaran soda api harus dipantau dan diawasi terus menerus.
"Jadi mestinya kajiannya butuh waktu yang lama. Itu enggak cukup satu tahun. Harus lebih dari itu," jelas Eddy.
Eddy menambahkan, dampak cemaran soda api di tanah bersifat kronis, alias tidak dirasakan saat itu juga.
"Itu bisa jadi munculnya bahkan mungkin dua bulan lagi atau dua tahun lagi gitu. Karena kan kita tidak tahu resapan itu lari ke mana dan seperti apa," papar Eddy.
Volume cairan soda api, radius tumpahan, hingga kondisi lahan setempat juga harus betul-betul diketahui untuk mengkalkulasi cemaran yang terjadi.
Eddy mewanti-wanti agar pemerintah setempat peka terhadap kejadian ini dan menangani dampaknya dengan serius.
Baca juga: Chandra Asri Bakal Bangun Pabrik Soda Api Tahun Ini
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya