KOMPAS.com - Banjir rob masih akan menghantui kawasan pesisir utara Jakarta tahun 2025 jika aksi serius tak dilakukan.
Rob diakibatkan fenomena pasang maksimum air laut bersamaan dengan fase bulan baru yang berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahkan memprakirakan bahwa banjir rob akan terjadi di awal tahun. Wilayah Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, Kalibaru, Muara Angke, dan Kepulauan Seribu berpotensi alami rob pada 26 Desember 2024-3 Januari 2025.
Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga menjelaskan, banjir rob juga disebabkan kenaikan muka air laut sekitar 2-4 sentimeter (cm) per tahunnya yang dipicu oleh pencairan es di kutub.
"Penyebab (banjir rob) karena penurunan tanah 8-20 cm per tahun karena lapisan tanah aluvial di wilayah utara Jakarta yang memadat secara alami dalam ratusan tahun," ungkap Nirwono saat dihubungi, Jumat (27/12/2024).
"Tetapi dipercepat karena pengambilan air tanah yang tidak terkendali, dan beban infrastruktur di sepanjang pesisir utara tersebut," imbuh dia.
Baca juga: Cegah Abrasi, Restorasi Mangrove di Demak Segera Dilakukan
Sebelumnya, pemerintah berencana membangun tanggul laut raksasa atau giant sea wall untuk mencegah tenggelamnya kawasan pesisir.
Giant sea wall adalah proyek pembangunan yang dirancang untuk melindungi kawasan pesisir dari ancaman banjir rob, gelombang pasang, hingga kenaikan muka air laut.
Di Jakarta, giant sea wall merupakan bagian dari proyek pengelolaan udara terpadu yang dikenal dengan sebutan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Namun, menurut Nirwono, pembangunan tanggul laut raksasa hanya berfungsi menahan air laut ke daratan sementara. Tanggul ini tidak membebaskan pesisir dari banjir rob.
"Proses kenaikan air laut juga memaksa dinding tanggul suatu saat harus ditinggikan, sementara permukaan tanah turun terus," jelas Nirwono.
Akibatnya, tanggul laut raksasa harus selalu dipelihara setiap tahunnya agar tidak retak ataupun jebol. Selain itu, pemerintah perlu menaikkan ketinggian tanggul laut raksasa seiring dengan meningkatnya kenaikan air laut.
"Ini yang membuat biaya penanganan dan pemeliharaannya membutuhkan dana besar dan mahal. Dalam jangka panjang yang akan membebani APBN dan APBD Jakarta ke depan," ucap Nirwono.
Baca juga: Hutan Mangrove Lindungi Pesisir dari Tsunami, Tapi Terancam Hilang
Penanganan Banjir Rob
Nirwono membeberkan sejumlah langkah strategis untuk mengatasi permasalahn banjir rob di wilayah pesisir.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya