KOMPAS.com - Kementerian lingkungan hidup dan industri Jepang telah merampungkan rencana untuk memangkas emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 60 persen pada 2035.
Rencana ini menandai pembaruan ambisius dari target sebelumnya yaitu pengurangan sebesar 46 persen pada 2030.
Rencana baru tersebut juga sejalan dengan target pencapaian net-zero pada 2050.
"Target ini menggarisbawahi keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keamanan energi, dan komitmen kita terhadap dekarbonisasi," tulis pernyataan kementerian tersebut, seperti dikutip dari ESG News, Jumat (27/12/2024).
Baca juga: Anak Usaha Telkom Bangun Menara dari Resin, Kurangi Emisi 856,96 Ton
Namun, para kritikus berpendapat bahwa rencana Jepang tersebut tidak cukup untuk negara penghasil emisi karbon terbesar kelima di dunia yang masih bergantung pada bahan bakar fosil.
Aktivis iklim menekankan bahwa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius dari masa pra-industri, Jepang memerlukan pengurangan GRK sebesar 66 persen pada 2035.
Akan tetapi, meski ada beberapa keberatan, rancangan target tetap disetujui tanpa perubahan.
Kementerian akan menyerahkan target yang direvisi, dikenal sebagai Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC), kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Februari setelah konsultasi publik.
Dorong Energi Terbarukan
Tak hanya menargetkan untuk memotong emisi GRK, Jepang juga punya target lain, yakni menambah energi terbarukan sebesar 40-50 persen pada 2040.
Rencana menambah porsi energi terbarukan ini juga mencakup pembangunan reaktor nuklir generasi baru, yang akan mendukung kebutuhan daya 24/7 untuk industri seperti pusat data.
Baca juga: Label Emisi Penerbangan Bakal Diluncurkan di Eropa, Penumpang Bisa Bandingkan Jejak Karbon
Selain itu juga, pemerintah menekankan LNG sebagai bahan bakar transisi yang realistis. Di mana kontrak LNG jangka panjang akan membantu mengurangi lonjakan harga dan risiko pasokan.
Jepang sendiri merupakan importir LNG terbesar kedua di dunia.
Lebih lanjut, rencana pembaharuan target energi ini akan dirampungkan dan disetujui oleh kabinet awal tahun depan.
Strategi ini juga sekaligus menandai pendekatan pragmatis untuk menyeimbangkan investasi energi bersih, kebangkitan nuklir, dan keamanan energi di tengah meningkatnya permintaan.
Baca juga: Label Emisi Penerbangan Bakal Diluncurkan di Eropa, Penumpang Bisa Bandingkan Jejak Karbon
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya