Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Disebut Jadi Negara dengan Energi Listrik Terbersih di Dunia

Kompas.com, 3 Januari 2025, 15:43 WIB
Zintan Prihatini,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Analisis terbaru dari Carbon Brief menunjukkan, Inggris menjadi negara dengan energi listrik terbersih sepanjang 2024. Tim peneliti menyebutkan bahwa negara ini memaksimalkan pembangkit listrik tenaga angin dan surya.

Carbon Brief menggunakan data dari Departemen Keamanan Energi dengan angka Net Zero, dan National Energy System Operator (NESO) terkait listrik yang dipasok ke jaringan listrik di Inggris Raya.

Inggris mengurangi lebih dari separuh listrik dari batu bara ataupun gas dengan mengganti produksi listriknya memakai energi terbarukan.

Baca juga:

"Inggris telah menghentikan penggunaan batu bara dan kini hanya memperoleh kurang dari setengah listrik dari pembakaran bahan bakar fosil dibandingkan satu dekade lalu," kata para peneliti dalam laman resminya, Jumat (3/1/2025).

"Sementara pembangkitan energi terbarukan meningkat lebih dari dua kali lipat," imbuh mereka.

Secara keseluruhan, bahan bakar fosil menyumbang 29 persen listrik di Inggris pada 2024, yang merupakan pemakaian tingkat terendah. Sedangkan, energi terbarukan mencapai 45 persen disusul energi pembangkit nuklir sebesar 13 persen.

"Hasilnya, setiap unit listrik yang dihasilkan pada tahun 2024 dikaitkan dengan rata-rata hanya 124 gram karbon dioksida, dibandingkan dengan intensitas karbon sebesar 419 gram karbon dioksida per kilowatt jam (kWh) pada 2014," tutur peneliti.

Dalam setahun terakhir, energi terbarukan termasuk angin, matahari, dan biomassa dari sumber-sumber pembakaran pelet kayu serta gas TPA menghasilkan 45 persen listrik Inggris. Jumlah sumber energi rendah karbon mencapai 58 persen di 2024.

Di samping itu, permintaan listrik di negara ini turun selama hampir dua dekade karena peralatan menjadi lebih efisien dan ekonomi telah beralih dari industri berat.

Transisi energi mencaoai puncaknya dengan ditutupnya pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir Ratcliffe-on-Soar, Nottinghamshire pada September 2024.

Hal tersebut mengakhiri era pembakaran bahan bakar untuk listrik selama 142 tahun, dan menjadikan Inggris sebagai negara pertama di G7 yang sepenuhnya menghentikan penggunaan tenaga batu bara.

Berakhirnya tenaga batu bara dengan maraknya energi terbarukan, membuat listrik di Inggris menjadi yang terbersih.

Baca juga:

Carbon Brief mengatakan bahwa ketika semua sumber pembangkit listrik bertenaga gas diperhitungkan, bahan bakar fosil masih menjadi sumber listrik tunggal terbesar. Ini menghasilkan 28 persen listrik dibandingkan dengan energi dari angin sebesar 26 persen.

Studi menemukan, meskipun angka-angka dari NESO menunjukkan tenaga angin menghasilkan lebih banyak listrik daripada gas pada 2024, angka-angka tersebut tidak termasuk sejumlah besar produksi gas. Misalnya, dari pembangkit listrik maupun pemanas gabungan di lokasi industri.

"Menurut NESO, berdasarkan target pemerintah untuk energi bersih pada 2030, intensitas karbon dari pembangkitan listrik diperkirakan akan turun dua pertiga pada akhir dekade ini," jelas peneliti.

Apabila pemerintah terus meningkatkan kapasitas angin, maka ada kemungkinan sumber listrik terbesar akan dikuasai pembangkit tenaga angin di 2025.

Masifnya Kendaraan Listrik

"Pembangkitan listrik yang lebih bersih di Inggris tahun 2024 membuat pemanas dan transportasi bertenaga listrik jauh lebih bermanfaat dalam hal pengurangan emisi karbon dioksida," ungkap tim peneliti.

Mobil berbahan bakar bensin, misalnya, menghasilkan 2,7 ton karbon diosida per tahun. Pada 2014, mobil listrik diprediksi menghasilkan 830 kg karbin dioksida, tetapi jumlahnya hanya 245 kg di 2024.

Baca juga: Pasokan Listrik Global Tak Mampu Penuhi Lonjakan Data Digital

Kendaraan listrik akan menghasilkan 50 persen karbon yang lebih rendah daripada mobil berbahan bakar bensin. Manfaat serupa terkait pengurangan emisi juga terbujti pada penggunaan pompa rumah tangga.

"Bagi rumah tangga yang menggunakan pompa panas, emisi dari pemanas rumah akan turun dari 1,4 total karbon dioksida pada tahun 2014 menjadi hanya 0,4 total karbon pada 2024," ucap peneliti.

Artinya, Inggris telah memangkas keluaran karbon dioksida sebesar 84 persen.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
CIMB Niaga Salurkan 'Green Financing' Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
CIMB Niaga Salurkan "Green Financing" Syariah ke IKPT untuk Dukung Transisi Energi
Swasta
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Permintaan Batu Bara Dunia Capai Puncak Tahun Ini, Tapi Melandai 2030
Pemerintah
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
Pulihkan Ekosistem Sungai, Jagat Satwa Nusantara Lepasliarkan Ikan Kancra di Bogor
LSM/Figur
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
Riau dan Kalimantan Tengah, Provinsi dengan Masalah Kebun Sawit Masuk Hutan Paling Rumit
LSM/Figur
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
366.955 Hektar Hutan Adat Ditetapkan hingga November 2025
Pemerintah
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
Suhu Arktik Pecahkan Rekor Terpanas Sepanjang Sejarah, Apa Dampaknya?
LSM/Figur
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
Pembelian Produk Ramah Lingkungan Meningkat, tapi Pesan Keberlanjutan Meredup
LSM/Figur
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
Menjaga Napas Terakhir Orangutan Tapanuli dari Ancaman Banjir dan Hilangnya Rimba
LSM/Figur
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
FWI Soroti Celah Pelanggaran Skema Keterlanjuran Kebun Sawit di Kawasan Hutan
LSM/Figur
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Menhut Raja Juli Soroti Lemahnya Pengawasan Hutan di Daerah, Anggaran dan Personel Terbatas
Pemerintah
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Menhut Raja Juli Sebut Tak Pernah Beri Izin Pelepasan Kawasan Hutan Setahun Terakhir
Pemerintah
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Krisis Iklim Picu Berbagai Jenis Penyakit, Ancam Kesehatan Global
Pemerintah
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Petani Rumput Laut di Indonesia Belum Ramah Lingkungan, Masih Terhalang Biaya
Pemerintah
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Kemenhut Musnahkan 98,8 Hektar Kebun Sawit Ilegal di TN Berbak Sembilang Jambi
Pemerintah
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
Indonesia Bisa Contoh India, Ini 4 Strategi Kembangkan EBT
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau