Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi AI soal Kelapa Sawit, 3 Hal Ini Harus Diinvestigasi

Kompas.com - 06/01/2025, 16:24 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai teknologi, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tidak bebas dari bias manusia yang mengembangkannya. Dalam kasus AI, bias bisa dimiliki ketika menarasikan sesuatu.

Ketika bertanya kepada Google Gemini dan ChatGPT tentang "misinformasi kelapa sawit", Kompas.com menemukan bahwa kedua AI tersebut melabeli "sawit merusak hutan" dan "sawit boros air" sebagai misinformasi.

Baca juga: Kelapa Sawit Kontroversial dan Politis, Bagaimana AI Menarasikannya?

Peneliti World Resources Institute (WRI) Indonesia mengatakan, sejumlah narasi AI itu bersumber pada konten advertorial, situs web perusahaan, dan pemerintah. Dia menduga ada bias narasi di situ.

Untuk itu, dia mengatakan perlu ada investigasi lebih lanjut soal cara AI menarasikan kelapa sawit. 

"Perspektif AI dan aspek sustainability dari kelapa sawit. Menarik karena narasi yang dari AI beberapa langsung merujuk kepada sertifikasi berkelanjutannya. Sepertinya mulai banyak narasi sustainability di website tiap perusahaan, yang menutupi kajian akademis dari jurnal-jurnal," kata Briantama.

Baca juga: AI Bilang Sawit Rusak Hutan adalah Misinformasi, Bagaimana Bisa?

"Dampak dari kelapa sawit, sepintas banyak narasi negatif terus diikuti dengan narasi positif, counterargument. Menarik melihat pola AI menjawab prompt-prompt yang kita ajukan dan referensi yang digunakan," imbuhnya.

Ia juga mengungkapkan, kecenderungan AI mengambil sumber-sumber atau klaim dan data yang digunakan juga menarik untuk dilihat.  "Apa yang mempengaruhinya? Traffic? Prompt?" katanya.

Bagi pengguna AI, dia menyarankan untuk bersikap kritis.

"Selalu second-guess dari setiap point-point jawaban. Misal: AI menjawab kelapa sawit bukan penyebab utama deforestasi di Indonesia. Harus selalu followup dengan pertanyaan lanjutan, misal: apa penyebab utama deforestasi di Indonesia?" terangnya.

"Selalu cross-check referensi yang digunakan dan coba bandingkan juga hasil dari bahasa Inggris. Prompt yang lebih spesifik, dengan sumber akademik misalnya. Bisa juga dengan menggunakan AI tool yang lebih banyak mengambil dari database jurnal," imbuhnya.

Baca juga: Kelapa Sawit dan Deforestasi: Menjaga Kemajuan di Tengah Ancaman Baru

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau