KOMPAS.com - Saat ini, bumi menerima lebih banyak energi matahari daripada jumlah sinar matahari yang dipantulkan.
Meski salah satu penyebabnya adalah emisi dari bahan bakar fosil, namun ternyata ada faktor lain yang membuat Bumi menerima lebih banyak energi matahari. Faktor yang dimaksud adalah tutupan awan global.
Sebuah penelitian berdasarkan data satelit NASA menunjukkan bahwa tutupan awan global menurun. Hal tersebut menurut peneliti dapat memperburuk efek pemanasan global akibat perubahan iklim.
Baca juga:
Dikutip dari IFL Science, Senin (6/1/2025) dalam studinya, ilmuwan iklim dari Goddard Institute for Space Studies milik NASA, George Tselioudis dan rekan penulisnya meneliti kumpulan data satelit yang mencakup dua periode waktu.
Pertama, dari tahun 1984 hingga 2018 dan yang kedua dari tahun 2000 hingga 2018.
Satu perubahan signifikan yang mereka catat terjadi di zona konvergensi intertropis (ITCZ) alias wilayah bertekanan rendah di dekat ekuator Bumi tempat angin pasat timur laut dan tenggara bertemu.
Biasanya, awan tebal terbentuk di bagian dunia ini saat udara hangat naik dan digantikan oleh udara yang lebih dingin.
Namun menurut hasil penelitian, zona tersebut telah menyempit, sehingga tutupan awan menjadi lebih rendah.
Sebaliknya, zona kering subtropis telah meluas. Secara keseluruhan, perubahan ini telah mengakibatkan tingkat tutupan awan global yang lebih rendah.
Jumlah penyusutan awan bervariasi menurut kumpulan data dan periode, tetapi tampaknya terjadi pada tingkat antara 0,72 persen dan 0,17 persen per dekade.
Baca juga:
Penelitian terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan American Geophysical Union Desember 2024 ini pun mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya, yang menemukan pula bahwa tutupan awan turun sekitar 1,5 persen setiap dekade.
Studi itu juga menunjukkan bahwa turunnya tutupan awan berkontribusi pada tingkat pemanasan yang lebih tinggi.
Masih harus dilihat apakah tren ini akan terus berlanjut dan dampaknya terhadap tren pemanasan secara keseluruhan. Namun, temuan dalam studi ini menunjukkan betapa rumitnya sistem iklim Bumi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya