KOMPAS.com - Peneliti mengatakan laut di sekitar Asia Pasifik memanas dengan cepat dan memicu siklon dan hujan badai dengan kelembapan dan menjadikan kawasan Asia sebagai area paling terdampak.
Karenanya, tindakan mendesak diperlukan untuk melindungi masyarakat yang berisiko.
Mengutip Eco Business, Kamis (10/10/2024) analisis sejumlah peneliti menunjukkan bagaimana perubahan iklim menyebabkan jalur siklon bergeser ke arah utara dan menguat lebih cepat, menyebabkan kerusakan lebih parah di wilayah pesisir yang padat penduduk.
Baca juga: Sederet Manfaat Mangrove: Untungkan Manusia hingga Atasi Perubahan Iklim
Dampak Pemanasan Global
Dalam studi yang dipublikasikan di Climate and Atmospheric Science peneliti menyebut bahwa seiring suhu laut meningkat karena pemanasan global, badai akan meningkat di wilayah seperti Pasifik Barat Laut, Laut Cina Selatan, dan bagian utara Teluk Benggala.
"Saat siklon bergerak melintasi lautan yang lebih hangat akibat perubahan iklim, mereka menarik lebih banyak uap air dan panas," jelas Benjamin Horton, seorang penulis penelitian dan direktur Observatorium Bumi Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
Itu artinya akan ada angin yang lebih kencang, curah hujan yang lebih deras, dan lebih banyak banjir saat siklon menghantam daratan.
Baca juga: Studi: Ekspor Pasir Laut Justru Rugikan Negara Lebih Banyak
Contohnya saja siklon tropis seperti topan Gaemi, yang menghantam Filipina, Taiwan, dan Cina selatan pada akhir Juli, telah menyebabkan hujan lebat dan banjir parah, yang mendorong evakuasi massal dan menghancurkan infrastruktur.
“Udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan untuk waktu yang lebih lama sehingga sekarang kita mengalami periode kering yang panjang diselingi dengan periode hujan lebat yang singkat, alih-alih hujan sedang yang tersebar merata selama beberapa hari,” kata Roxy Mathew Koll, ilmuwan iklim di Institut Meteorologi Tropis India, Pune.
Laporan Organisasi Meteorologi Dunia pada April lalu juga mengungkapkan Asia merupakan kawasan yang paling parah dilanda bencana cuaca, iklim, dan air pada 2023.
Banjir dan badai menyebabkan jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi tertinggi, sementara dampak gelombang panas menjadi lebih parah, kata laporan tersebut.
Baca juga: Tanpa Turunnya Emisi, Populasi Dunia Hadapi Ancaman Cuaca Ekstrem
Risiko Cuaca Ekstrem
Peristiwa hujan lebat, siklon ekstrem, dan hujan deras telah meningkat sejak tahun 1950-an di Asia Selatan dan dapat diperkirakan akan memburuk seiring dengan meningkatnya suhu laut.
“Kita secara langsung menyaksikan konsekuensi dari pemanasan seperti banjir musim hujan, kekeringan, siklon, dan gelombang panas di daratan dan lautan,” kata Koll.
Peristiwa cuaca ekstrem ini akan semakin kuat dalam intensitas dan frekuensi yang menuntut upaya adaptasi dan mitigasi yang mendesak.
Baca juga: Karena Perubahan Iklim, Sungai Jadi Mengering Lebih Cepat
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya