Lalu, mungkinkah kita menciptakan sebuah proyek karbon biru yang berkualitas tinggi sekaligus mampu menguntungkan dan memaksimalkan komunitas lokal? Mari kita simak pelajaran dari Kolombia.
Vida Manglar dan pendekatan lintas sektornya
Inisiatif Vida Manglar, yang berarti "kehidupan mangrove" dalam Bahasa Spanyol telah hadir sebagai sebuah contoh nyata sebuah program kolaborasi lintas sektor dalam upaya pelestarian dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
Baca juga: Cegah Abrasi, Restorasi Mangrove di Demak Segera Dilakukan
Proyek ambisius tersebut, yang dilakukan di Teluk Cispatá di cekungan Sungai Sinú, Kolombia, merupakan hasil kerjasama antara pemerintah, lembaga penelitian, organisasi nirlaba, dan masyarakat lokal.
Mereka adalah Conservation International, Kementerian Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan Kolombia, Yayasan Omacha, Instituto de Investigaciones Marinas y Costeras (INVEMAR), dan Corporación Autónoma Regional de los Valles del Sinú y del San Jorge.
Kelima unsur tersebut, dengan kerjasama yang apik, sanggup merancang sebuah model pengelolaan mangrove yang berkelanjutan dalam wujud Vida Manglar.
Tujuan utama dari proyek Vida Manglar sendiri adalah untuk melestarikan dan merehabilitasi 7.500 hektar ekosistem mangrove dengan ribuan hektar di antaranya merupakan hutan mangrove yang rusak.
Salah satu hal yang paling menonjol dari Vida Manglar adalah keberhasilannya melibatkan masyarakat lokal di Cispata, yang jumlahnya mencapai 12.000 jiwa. Mereka semua sadar bahwa proyek tersebut tidak hanya melindungi pantai dan meningkatkan keamanan pangan, tapi juga memberikan peluang kerja.
Bahkan, ada 435 keluarga yang telah mendapatkan manfaat langsung melalui program insentif. Termasuk pelatihan keterampilan dan akses ke alternatif mata pencaharian yang berkelanjutan.
INVEMAR, salah satu mitra kunci dalam proyek ini, telah memainkan peran yang sangat penting dalam membangun kapasitas masyarakat. Melalui lebih dari 100 lokakarya dan sesi pelatihan, INVEMAR telah berhasil memberdayakan lebih dari 1.000 orang, termasuk perempuan (42 persen), untuk berperan aktif dalam pengelolaan mangrove.
Salah satu inovasi yang paling menarik dari proyek Vida Manglar adalah pemanfaatan mekanisme pendanaan karbon. Dengan menjual kredit karbon berkualitas tinggi di pasar karbon sukarela, proyek ini tidak hanya mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk kegiatan konservasi, tetapi juga menciptakan insentif bagi masyarakat untuk terus terlibat dalam upaya pelestarian mangrove.
"Dari kredit ini, 92 persen pendapatannya dikembalikan ke masyarakat. Model ini memungkinkan manfaat karbon ekosistem untuk mengarah pada investasi lebih lanjut dalam manfaat inti bagi masyarakat," jelas Kelly dan Sierra-Correa
Kuncinya kepemimpinan dan kolaborasi yang kuat
Upaya pelestarian dan rehabilitasi ekosistem mangrove tidak dapat dicapai secara individual, melainkan membutuhkan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak. Dialog lintas sektor, yang melibatkan komunitas lokal, pengembang proyek, pemerintah, pemodal, LSM, ilmuwan, dan pemangku kepentingan lainnya, menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan kesehatan dan keberlanjutan hutan bakau.
Baca juga: Hutan Mangrove Lindungi Pesisir dari Tsunami, Tapi Terancam Hilang
Kolombia telah memberikan contoh yang baik dalam upaya pelestarian mangrove. Pada Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB (COP16), pemerintah Kolombia bersama dengan INVEMAR dan World Economic Forum meluncurkan National Blue Carbon Action Partnership.
Inisiatif ini merupakan langkah penting untuk mempercepat aksi karbon biru di Kolombia dan menyinergikan upaya pelestarian mangrove dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih luas.
Keberhasilan Kolombia dalam melestarikan dan merehabilitasi hutan bakau memberikan harapan bagi negara-negara lain. Target global untuk melindungi 30 persen daratan dan lautan pada tahun 2030, yang disepakati dalam COP15, semakin dekat untuk dicapai.
Dengan mempercepat upaya konservasi dan restorasi mangrove yang digerakkan oleh masyarakat, kita dapat berkontribusi secara signifikan dalam mencapai target ambisius ini.
"Dengan kepemimpinan kuat dari masyarakat, komitmen pemerintah, dan dukungan lembaga keuangan, LSM, ilmuwan, dan ahli lainnya, ekosistem mangrove dapat mendukung komunitas, keanekaragaman hayati, dan planet yang sehat," pungkas Kelly dan Sierra-Correa. (Adi S/National Geographic Indonesia)
Baca juga: CarbonEthics Raup Rp 31,8 Miliar Kembangkan Karbon Biru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya