Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdagangan Karbon Internasional di IDX: Baru 1 dari Energi Terbarukan

Kompas.com - 14/01/2025, 17:33 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Indonesia akan memulai perdagangan karbon internasional pada 20 Januari 2025 mendatang lewat Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon.

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol, mengungkapkan, "Perdagangan karbon memang hanya dimaksudkan untuk mencapai target NDC (National Determined Target)."

NDC merujuk pada target pengurangan emisi karbon yang ditetapkan setiap negara untuk mencegah perubahan iklim.

Perdagangan karbon memungkinkan satu negara menjual kredit karbon untuk mengurangi emisi sekaligus mendapatkan pendanaan.

Dengan demikian, seperti kata Hanif dalam keterangan pers-nya pada Senin (14/1/2024), perdagangan karbon akan "meningkatkan perekonomian melalui mekanisme harga karbon."

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup, semua proyek yang terdaftar di lantai bursa berasal dari sektor energi. 

Menariknya, dari semua proyek energi yang terdaftar, sebagian besar masih berasal dari sektor yang bisa dibilang energi fosil.

Dua proyek merupakan pembangkit listrik bahan bakar gas, dari PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Muara Karang dan PT PLN Indonesia Power Priok Blok 4.

Satu proyek pembangkit bahan bakar gas dari PLTMG Sumbagut 2 Peaker dengan nilai karbon 700.000 ton CO2 ekuivalen masih dalam proses verifikasi.

Dua proyek lain berasal dari proyek konversi pembangkit single cycle ke double cycle, dari PT PLN Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Muara Tawar.

Cuma satu energi terbarukan, dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Gunung Wugul PT PLN Indonesia Power. Kredit-nya pun kecil, total 12.932, 5.000 perdagangan internasional.

Baca juga: Indonesia Mulai Perdagangan Karbon Luar Negeri 20 Januari 2025

Minimnya jumlah karbon terdaftar dari sektor energi terbarukan dan banyak yang dari gas ini memantik perhatian pakar.

Managing Director Energy Shift, Putra Adhiguna, menyayangkan hal tersebut mengingat dunia semakin peka terhadap kredibilitas karbon yang diperdagangkan.

"Akan menjadi perhatian dunia mengapa Indonesia memperdagangkan kredit untuk penggunaan PLTG yang tidak lazim di dunia mengingat gas juga menghasilkan emisi tinggi," katanya.

Banyaknya kredit dari gas dan konversi ke double cycle membuatnya bertanya-tanya, apakah kredit karbon tersebut akan laku.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau