Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Kompas.com - 18/01/2025, 18:02 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Together for Sustainability meluncurkan panduan baru tentang pengukuran dan pengelolaan emisi Cakupan 3 (Scope 3 emissions).

Panduan Jejak Karbon Produk (PCF) yang diperbaharui itu dirilis Kamis, (16/1/2025).

Together for Sustainability (TfS) sendiri merupakan inisiatif nirlaba global yang bertujuan untuk membangun rantai pasokan bahan kimia yang berkelanjutan.

TfS didirikan pada tahun 2011 dan saat ini yang termasuk dalam anggotanya adalah AkzoNobel, Dow, Henkel, Solvay, Symrise, Syngenta dan UPM. Beberapa industri itu beroperasi juga di Indonesia.

Lebih lanjut, panduan yang pertama kali diluncurkan pada 2022 ini memungkinkan pemasok dan perusahaan untuk menghasilkan data berkualitas tinggi tentang jejak karbon bahan dan produk mereka di seluruh rantai nilai.

Emisi Cakupan 3 merupakan fokus penting karena mencakup sekitar 77 persen dari keseluruhan jejak emisi gas rumah kaca sektor tersebut.

Baca juga: Penumpang Kereta Api Bisa Tahu Jejak Karbon Perjalanan, Ini Caranya

Mengutip Edie, Sabtu (18/1/2025), pembaruan utama dalam panduan adalah revisi tentang cara terbaik untuk mengukur dan mengidentifikasi limbah serta menghitung jejak karbon bahan limbah.

Panduan terbaru juga menyertakan penghitungan dampak teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon.

“Perubahan ini akan memudahkan perusahaan dan pemasok mereka untuk menghasilkan dan melaporkan data jejak karbon yang andal, sehingga memungkinkan upaya pengurangan emisi yang efektif di seluruh rantai pasokan,” kata Dr Peter Saling dari Together for Sustainability.

Together for Sustainability juga telah berupaya untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan dari mengikuti pedoman akan membantu bisnis memenuhi peraturan pelaporan lingkungan baru seperti Arahan Pelaporan Keberlanjutan Perusahaan (CSRD) Uni Eropa.

Sekilas Emisi Cakupan 3

Emisi cakupan 3 merupakan kategori emisi gas rumah kaca yang mewakili semua emisi tidak langsung yang terjadi dalam rantai nilai perusahaan, di luar operasinya sendiri.

Emisi ini terjadi sebagai akibat dari pemasok, pelanggan, dan mitra bisnis perusahaan lainnya, serta penggunaan dan pembuangan produknya.

Baca juga: Komitmen Tekan Emisi Karbon, KAI Logistik Tanam 1.200 Pohon di Berbagai Wilayah

Melansir Sustainability News, mengidentifikasi dan mengurangi emisi cakupan 3 dapat menghasilkan penghematan biaya yang signifikan bagai perusahaan.

Langkah tersebut dapat mencakup mengoptimalkan, atau 'memangkas' rantai pasokan, mengurangi limbah, dan meningkatkan efisiensi energi.

Pengukuran dan penerapan strategi untuk mengurangi atau mengoptimalkan dapat membuat perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan reputasi terhadap keberlanjutan.

Memahami dan mengurangi emisi Cakupan 3 juga dapat membantu industri mengidentifikasi dan mengurangi potensi risiko rantai pasokan.

Lebih dini mengidentifikasi emisi cakupan 3 berarti menjadi bentuk tindakan proaktif perusahaan untuk mempersiapkan perubahan tersebut.

Baca juga: Emisi Transportasi Darat Diprediksi Capai Puncaknya Tahun Ini

 

 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

Bagaimana London Fashion Week Mendorong Fashion Berkelanjutan?

LSM/Figur
Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Kebangkitan PLTN, Listrik dari Nuklir Akan Pecahkan Rekor pada 2025

Pemerintah
Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Pedoman Penurunan Emisi Cakupan 3 Baru untuk Industri Kimia Dirilis

Swasta
Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

Resmi, Utang Indonesia ke AS Rp 573 Miliar Ditukar untuk Konservasi Terumbu Karang

LSM/Figur
Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

Rektor IPB: Masih Ada Kesenjangan Pembiayaan SDGs, Perlu Inovasi

LSM/Figur
Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

Karbon Indonesia Dijual ke Luar Negeri, Pengamat: Pembeli Cari yang Berkualitas

LSM/Figur
Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Produksi Listrik dari PLTU China Naik, Ekspektasi Puncak Emisi Jadi Lemah

Pemerintah
Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

Tak Cukup 5 Tahun, Indonesia Perlu Rencana 25 Tahun untuk Capai NZE

LSM/Figur
Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

Tantowi Yahya Sebut Indonesia Diposisikan Pimpin Masa Depan Berkelanjutan

LSM/Figur
Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

Berdampak Buruk ke Lingkungan, Pagar Laut Tangerang Harus Segera Dibongkar

LSM/Figur
Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau