KOMPAS.com - Lautan di Bumi berfungsi sebagai penyerap karbon terbesar di alam dengan kemampuan menyerap sekitar 25 persen karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan manusia.
Namun, kebutuhan untuk penyerapan karbon seperti yang dilakukan lautan tetap perlu ditambah seiring dengan makin meningkatnya solusi iklim yang efektif.
Equatic, perusahaan pengembang teknologi penyerapan CO2, menawarkan solusi untuk mengamplifikasi kemampuan laut yang disebut Carbon Dioxide Removal (CDR) berbasis laut.
Edward Sanders, COO Equatic, menyebut bahwa teknologinya dapat mempercepat penyerapan CO2 hingga 99.000 kali daripada laju penyerapan alami lautan.
Lalu seperti apa teknologi yang ditawarkan?
Mengutip The Brighter Side, Kamis (23/1/2025), pendekatan Equatic berprinsip elektrolisis air, menggunakan arus listrik untuk memisahkan air laut menjadi hidrogen, oksigen, dan dua cairan terpisah yaitu asam dan basa.
Baca juga: Logam Berat di Lautan Jadi Lebih Beracun akibat Perubahan Iklim
“Proses ini menyimpan karbon yang terlarut dalam air sebagai padatan dan menciptakan bubur alkali yang menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer,” jelas Sanders.
Selain menghilangkan CO2, proses ini menghasilkan bahan bakar hidrogen yang bersih.
Equatic berencana menggunakan hidrogen untuk menggerakkan operasinya atau menjualnya ke industri lain.
Lebih lanjut, Equatic berencana mengoperasikan dua pabrik percontohan di Los Angeles dan Singapura untuk memvalidasi teknologinya.
Fasilitas yang mampu menghilangkan 4.000 metrik ton CO2 setiap tahunnya, sedang dikembangkan di Singapura.
Pabrik tersebut akan menjadi batu loncatan menuju operasi skala komersial pertama Equatic, yang akan diluncurkan pada tahun 2026 atau 2027 bekerja sama dengan Deep Sky, pengembang proyek penyerapan karbon Kanada.
Biaya penyerapan satu ton CO2 sendiri diperkirakan berkisar antara 230 dollar AS dan 540 dollar AS pada tahun 2050.
Namun, Equatic bertujuan untuk menurunkan biaya ini dengan memanfaatkan pendapatan dari produksi hidrogen hijaunya.
Baca juga: Kembangkan Rumput Laut, Start Up Banyu Raih pendanaan dari Intudo Ventures
Perusahaan tersebut memperkirakan bahwa pada tahun 2030, mereka dapat mencapai target penyerapan karbon dengan biaya kurang dari 100 dollar AS per ton sehingga lebih mudah diakses.
Seiring meningkatnya kebutuhan akan solusi iklim yang efektif, strategi penyerapan karbon berbasis laut mungkin dapat memainkan peran penting dalam mengurangi CO2 atmosfer.
Dampak Lingkungan
Karena belum ada pabrik CDR berbasis laut berskala komersial yang beroperasi, dampak lingkungan dan ekonominya masih belum pasti.
Namun CDR berbasis laut memanipulasi air laut dengan cara yang berpotensi mengganggu kehidupan laut.
"Anda akan menarik fitoplankton dan serangga serta makhluk hidup potensial lainnya dari laut sehingga dapat menimbulkan beberapa dampak lingkungan," kata Jessica Cross, seorang ilmuwan bumi yang mengkhususkan diri dalam teknologi CDR laut di Laboratorium Nasional Pacific Northwest.
Menurut Cross, manfaat teknologi CDR masih jauh di masa depan, sedangkan risiko memulai industri ini dan pembangunan infrastruktur ini bersifat lokal, jangka pendek, dan jauh lebih mendesak.
Ini memerlukan kehadiran para peneliti untuk mencari tahu mengenai manfaat global tersebut dengan risiko lokal yang harus dihadapi.
Baca juga: Platform Fakta Iklim Hadir, Publik Bisa Cek Hoaks Iklim Lebih Mudah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya