JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, memastikan bahwa perdagangan karbon internasional yang digagas Indonesia di IDX Carbon tak terlalu terdampak imbas Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris atau Paris Agreement.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menarik Washington keluar dari Perjanjian Paris sesaat setelah dia dilantik, Senin (20/1/2025).
"Perdagangan karbon tetap akan jalan, karena siapa pun yang mengeluarkan emisi karbon pasti tetap harus memberikan kompensasi," kata Eddy saat ditemui usai acara ACEXI 1 Anniversary, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2025).
"Apakah dia membayar pajak karbon atau membeli karbon kredit. Jadi saya kira tidak ada efek yang besar di situ (perdagangan karbon)," imbuh dia.
Eddy menilai, keputusan Trump lebih berdampak terhadap Just Energy Transition Partnership (JETP), skema pendanaan untuk negara berkembang beralih dari energi fosil. Sebab, pemerintah AS yang paling banyak memberikan pendanaan tersebut.
"Apakah itu nanti kemudian Amerika akan menarik komitmennya, membekukan, menunda atau apa, saya kira JETP perlu dipertimbangkan secara serius. Karena komitmen pemerintah Amerika sudah demikian," jelas Eddy.
Menurut dia, langkah AS keluar dari Perjanjian Paris juga dikarenakan Trump hendak menghidupkan kembali kegiatan berbahan bakar fosil.
Baca juga: Pembeli Karbon dari Luar Negeri Dapat Sederet Insentif
Kendati begitu, Eddy memprediksi pelaku industri termasuk di Indonesia tetap berkomitmen melakukan transisi energi.
"Pelaku-pelaku industri memiliki pemegang saham, lembaga-lembaga keuangan yang menuntut mereka untuk melakukan transisi energi. Kalau enggak, pembiayaan ini tidak bisa diberikan lagi," ucap Eddy.
Adapun keputusan yang diambil Trump menempatkan AS bersama Iran, Libya, dan Yaman sebagai negara-negara tersisa di dunia yang tidak tergabung dalam Perjanjian Paris.
Dalam pakta Paris Agreement, negara-negara penandatanganan sepakat membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius di atas pra-industri, untuk menghindari dampak terburuk dari krisis iklim.
"Saya segera menarik diri dari penipuan perjanjian iklim Paris, yang tidak adil dan sepihak. Amerika Serikat tidak akan menyabotase industri kami sendiri," ungkap Trump sebelum menandatangani perintah penarikan dari perjanjian tersebut.
Baca juga: Pembeli Bersedia Bayar Mahal untuk Kredit Karbon yang Berkualitas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya