KOMPAS.com - Kemampuan biochar - padatan dari pembakaran limbah organik dalam menyerap karbon yang diemisikan ternyata lebih besar dari yang diperkirakan.
Pemodelan yang digunakan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) selama ini kurang akurat sehingga cenderung meremehkan potensi biochar.
Studi terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Aarhus di Denmark dan terbit di Biochar mengoreksi pemodelan tersebut, mengubah narasi biochar.
"Studi kami menunjukkan bahwa biochar bukan sekadar menjanjikan tetapi penting," kata Hamed Sanei, kepala Laboratorium Karbon Organik Litosfer di Universitas Aarhus di Demark.
"Dengan mengoreksi ketidakakuratan ini, kita dapat mengangkat biochar ke tempat yang semestinya sebagai opsi penyimpanan karbon yang sangat andal," katanya lagi.
Dengan koreksi itu, seperti dikutip Phys, Jumat (24/1/2025), biochar dipastikan bisa menjadi salah satu solusi mengatasi perubahan iklim.
Baca juga: Inikah Obat Krisis Iklim? CDR Serap Karbon 99.000 Kali Lebih Cepat dari Lautan
Dengan mengatasi kesalahpahaman manfaat, penelitian ini membantu membangun landasan bagi biochar untuk diakui sebagai teknologi penyerapan karbon yang efektif.
"Biochar telah menjadi peluang yang terlewatkan dalam perang melawan perubahan iklim," kata Profesor Ingermann Petersen dari Survei Geologi Denmark dan Greenland (GEUS), yang juga merupakan salah satu penulis penelitian baru tersebut.
"Pekerjaan kami mengoreksi narasi dan menyoroti kapasitas luar biasa biochar untuk penyimpanan karbon jangka panjang. Ini adalah teknologi yang siap diterapkan yang dapat memberikan dampak langsung," paparnya lagi.
Sejumlah pihak telah melirik penggunaan biochar untuk menjawab tantangan iklim. ChapCar di Inggris berniat memproduksi dan menawarkan biochar-nya untuk menyerap karbon pihak ketiga. Google pun berinvestasi pada teknologi itu.
Baca juga: China Luncurkan Kereta Komuter Serat Karbon, Kecepatannya 140 Km/Jam
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya